kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.819.000   -7.000   -0,38%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Banjir Semarang Rugikan Rp 1,5 Triliun, Milyaran Rupiah Pun Terkuras Agar Selamat


Selasa, 10 Desember 2024 / 04:05 WIB
Banjir Semarang Rugikan Rp 1,5 Triliun, Milyaran Rupiah Pun Terkuras Agar Selamat
ILUSTRASI. Ilustrasi banjir dampak iklim di Pantura Jawa


Reporter: Adi Wikanto, Asnil Bambani Amri, Djumyati Partawidjaja, Lidya Yuniartha | Editor: Adi Wikanto

Semarang langganan banjir

Tak jauh dari Tambak Lorok, ada satu kawasan industri yang sudah berdiri sejak tahun 1990, yakni  Kawasan Industri Terboyo. Kawasan industri yang berada di Kelurahan Terboyo Wetan, Kecamatan Genuk, Semarang, ini adalah salah satu pusat industri di Jawa Tengah. Dengan lokasi yang strategis dekat dengan Pelabuhan Tanjung Mas, kawasan industri seluas 300 ha itu berdiri lebih dari 60 unit perusahaan.

Senasib sepenanggungan dengan Tambak Lorok, Kawasan Industri Terboyo juga merupakan daerah langganan banjir. Sama seperti warga, pengusaha di wilayah yang berlokasi di Jl Kaligawe, Semarang telah menghabiskan milyaran dana untuk bertahan dari banjir.

Strateginya sama, meninggikan lahan masing-masing perusahaan/pabrik agar air banjir tak masuk. Oleh karena itu, banyak kantor dan pabrik dengan lantai dasar yang berada di bawah jalan. Ada juga atap lantai dasar yang sudah bisa diraih oleh tangan orang dewasa ketika berdiri.

 

Akibatnya, lantai dasar yang dahulu berperan penting bagi operasional perusahaan, kini hanya menjadi ruang transit barang-barang sementara waktu. Sedangkan operasional perusahaan umumnya berlangsung di lantai atasnya.

PT Nayati Indonesia, salah satu penghuni Kawasan Industri Terboyo juga merasakan kebanjiran tiap tahun. Perusahaan penghasil perlengkapan dan perabotan dapur untuk rumah tangga, hotel dan restoran ini telah berdiri di Terboyo sejak tahun 1990-an, setelah pindah dari Lingkungan Industri Kaligawe (LIK), Semarang.

Hingga awal tahun 2000-an, kawasan yang dekat dengan pesisir utara Semarang itu tidak pernah kebanjiran. Tahun 2010 mulai terjadi di wilayah tersebut, tapi hanya banjir kecil dan tidak tiap tahun.

Lalu mulai tahun 2015 hingga sekarang, hampir setiap tahun terjadi banjir di kawasan industri Terboyo kala musim hujan tiba. Apalagi jika Kota Semarang terjadi hujan lebat lebih dari dua jam, banjir pasti terjadi. "Banjir paling parah terjadi pada 14-18 Maret 2024, hampir satu kawasan industri lumpuh karena akses jalan utama tergenang air," ungkap Damian Pius, Direktur Nayati saat berbincang-bincang dengan KONTAN, 3 Oktober 2024.

Tak hanya mengganggu arus distribusi, tertutupnya akses jalan ke pabrik juga menyebabkan pekerja tidak bisa masuk kerja. "Pabrik kami juga harus tutup kalau banjir besar," kata Damian.

Untung saja, air banjir tidak pernah masuk ke lokasi pabrik dengan jumlah karyawan 600 orang tersebut. Hal ini karena manajemen Nayati telah melakukan berbagai langkah antisipasi sejak dahulu. Nayati telah meninggikan lahan pabrik dan lantai produksi setinggi 1,5 meter 15 tahun lalu. Strategi ini sempat menjadikan lahan pabrik perabotan dapur ini lebih tinggi dibandingkan jalan raya. Kini, ketinggian lantai pabrik tinggal semeter di atas dengan jalan, karena akses utama ke pabrik tersebut juga terus ditinggikan.

Damian menerangkan, perusahaan harus menempuh banyak strategi untuk tetap bertahan di wilayah yang rawan banjir tersebut. Nayati belum ada rencana relokasi pabrik karena mempertimbangkan banyak hal seperti perizinan, akses kantor, pemindahan mesin-mesin industri dan lokasi tempat tinggal para karyawan.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×