Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin populer. Maka, lembaga riset Populix meluncurkan Nexa, asisten riset AI. Nexa berupaya mengoptimalkan proses riset di Indonesia, menawarkan efisiensi dan solusi inovatif bagi pelaku industri dan akademisi.
Nexa dikembangkan dengan dukungan teknologi Google Gemini dan dirancang untuk membantu peneliti mengatasi berbagai tantangan dalam riset. Seperti kualitas data, desain penelitian, dan analisis.
Co Founder dan CEO Populix, Timothy Astandu mengatakan, Nexa untuk menjawab kebutuhan dunia riset yang semakin kompleks. Populix berharap, AI dapat menjadi mitra strategis dalam mendukung proses riset yang lebih efisien dan akurat. Nexa bukan hanya untuk menghemat waktu, juga memberikan analisis yang lebih mendalam dan relevan bagi para peneliti maupun pelaku bisnis.
"Kami ingin memberikan solusi yang mempermudah para peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data," ujar Timothy, dalam penjelasannya, Selasa (11/2).
Ia mengklaim, Nexa dapat merampingkan proses penelitian, membuatnya lebih cepat, mudah, dan cerdas. Dengan platform ini, mahasiswa, dosen, dan peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih efisien. Mulai dari merancang kuesioner hingga meluncurkan survei dalam waktu yang jauh lebih singkat. Jika sebelumnya proses ini memakan waktu setengah hari, kini dapat diselesaikan hanya dalam hitungan menit.
“Dengan inovasi ini, Populix berharap dapat mendorong kemajuan riset di Indonesia dan membuka peluang baru dalam dunia akademik serta industri berbasis data,” ujar Timothy.
Baca Juga: Makin Panas, OpenAI Klaim Belum Ada Tawaran Akuisisi dari Konsorsium Elon Musk
Head of Data Science Populix, Steven Christian berharap, Nexa bukan hanya sekadar alat riset, tapi sebagai mitra dalam menemukan solusi. Menurut Steve, banyak mahasiswa yang baru pertama kali melakukan penelitian sering kali bingung dengan tahapan riset. Mulai membuat hipotesis hingga menyusun kuesioner yang tepat. Karena itu, Nexa hadir untuk menjawab tantangan tersebut.
Salah satu tantangan terbesar dalam riset adalah mengumpulkan data berkualitas dalam waktu yang singkat. Dengan Nexa, proses ini dapat dilakukan secara otomatis dengan tingkat akurasi yang tinggi. "Sehingga peneliti bisa lebih fokus pada analisis dan pengambilan kesimpulan yang lebih mendalam," ujar Steve.
Practitioner dan CEO Indonesia AI, Angga Muttaqien, menjelaskan, Indonesia sedang berada dalam tahap awal revolusi AI. Berbagai sektor mulai mengadopsi teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Institusi pendidikan dan startup lokal.
Mulai mengeksplorasi potensi AI untuk menyederhanakan proses kerja mereka, termasuk di bidang riset. Namun, memang tantangan terbesar masih ada pada kesiapan SDM dan infrastruktur yang mendukung implementasi AI secara luas.
“Jika kita bicara adopsi AI, itu bukan hanya soal industri, tetapi juga pemerintah, akademisi, dan komunitas. Keempat pilar ini harus berjalan beriringan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan AI,” tutur dia.
Baca Juga: Menilik Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) di Sektor Ritel
Solution Consultant AI, Google Indonesia, Dodi Priambodo menjelaskan, pihaknya tidak hanya ingin menciptakan teknologi AI yang canggih, tetapi juga AI yang benar-benar bisa dipakai dan berdampak. Google Gemini memberikan solusi yang bisa diakses luas, dari perusahaan rintisan hingga institusi pendidikan.
“Saat ini, banyak orang melihat AI sebagai sesuatu yang rumit dan mahal. Padahal, AI bisa sangat praktis dan aplikatif. Misalnya, AI kini bisa membantu mengoptimalkan pencarian data riset, mempercepat analisis prediktif, bahkan menyusun laporan dengan akurasi tinggi," ujar Dodi.
Direktur AI Intelligent Center Indonesia, Baiq Hanna Susanti, menekankan pentingnya AI dalam dunia riset dan pendidikan. Saat ini, pemanfaatan AI di universitas tidak hanya terbatas pada mahasiswa, tetapi juga para pengajar dan tenaga administrasi.
“AI juga memainkan peran besar dalam membantu dosen melakukan riset dengan lebih cepat dan akurat, mulai dari pencarian literatur hingga analisis data. Kami berharap adopsi AI di dunia akademik akan semakin luas, sehingga perguruan tinggi di Indonesia dapat bersaing di kancah global dalam bidang penelitian dan pendidikan,” pungkas Baiq.
Sejalan dengan pemanfaatan AI dalam riset dan pendidikan, AIxplore 2025 menjadi forum bagi pemimpin industri, akademisi, dan inovator AI untuk membahas peran AI dalam riset dan bisnis di Indonesia. Acara ini menghadirkan diskusi tentang efisiensi riset, inovasi teknologi, dan penerapan AI di berbagai sektor.
Selanjutnya: OJK: 14 Manajer Investasi Penuhi Syarat Dirikan DPLK dengan AUM di Atas Rp 25 Triliun
Menarik Dibaca: Habis Naik Tinggi, Harga Emas Antam Melorot Rp 8.000 Hari Ini 12 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News