Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Berkembangnya tren industri mobil listrik di kancah global, Indonesia menargetkan produksi mobil bertenaga listrik bisa mencapai 20% dari total produksi pada tahun 2025. Oleh karena itu, Pemerintah segera menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) mengenai mengenai program percepatan pengembangan kendaraan listrik.
Meski demikian banyak pekerjaan rumah dalam pembangunan kendaraan listrik dalam negeri. Yakni industri komponen yang masih belum siap dalam menyuplai kendaraan tersebut.
Baca Juga: Pemerintah atur TKDN dalam perpres mobil listrik
Yusak Billy, Director in charge of Business Innovation and Sales & Marketing, PT Honda Prospect Motor (HPM) menjelaskan saat ini teknologi mobil listrik "Xev" sudah dimiliki oleh Honda. Mulai dari hybrid, plug-in hybrid, baterai electric vehicle, dan fuel cell.
Hanya saja saat ini Indonesia masih belum mampu membuat beberapa komponen mobil listriknya sendiri. Ada tiga komponen penting kendaraan listrik yang belum bisa diproduksi di Indonesia. Antara lain baterai, powertrain, dan motor listrik.
"Tapi setelah ada Peraturan sepertinya ada masa tenggang dua tahun yang dimana kita bisa bersiap untuk menjalankan (lokalisasi) itu," kata Yusak, Rabu (14/8).
Direktur Technical PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Yui Hastoro menjelaskan proses lokalisasi tiga produk tersebut tak bisa secara langsung. Menurutnya perlu ada jangka waktu agar bisa dilokalisasi oleh pelaku industri komponen. "Mungkin bisa dari impor, kemudian perakitan (assembly), dan nantinya bila diproduksi utuh," kata Yui, Rabu (14/8).
Menurutnya perlu ada masa tenggang agar pelaku industri bisa mempersiapkan diri untuk dapat memproduksi kendaraan listrik secara utuh. Diharapkan juga ada suatu relaksasi aturan agar lokalisasi komponen kendaraan listrik bisa lebih cepat diproduksi dalam negeri.
"Kita harapkan juga ketersediaan raw material atau industri komponen dalam negeri di Indonesia bisa bersaing dengan negara lain," katanya.
Ari Mariano, Ketua VI Gaikindo menjelaskan ada masalah utama yang perlu diperbaiki di industri komponen dalam negeri. Menurutnya rata-rata bahan baku dasar (raw material) saat ini masih impor sehingga mempengaruhi ketahanan industri dalam negeri.
"Kita perlu bantuan tak hanya dari Gabungan Industri Alat Alat Mobil dan Motor (GIIAM), tapi dari industri hulu lagi. Seperti minyak, baja dan bijih plastik yang bisa sesuai spesifikasinya dengan kebutuhan industri," kata Ari, Rabu (14/8).