kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak perusahaan mulai pailit karena pandemi covid-19, apa kata Kadin?


Jumat, 08 Mei 2020 / 19:18 WIB
Banyak perusahaan mulai pailit karena pandemi covid-19, apa kata Kadin?
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani. (Kontan/Lidya Yuniartha)


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin Indonesia) menyebut sudah banyak perusahaan yang hampir mengajukan kepailitan sejak wabah pandemi virus corona. Karenanya, pemerintah disarankan untuk memberikan bantuan yang efektif untuk menangani hal tersebut.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Shinta Wijaya Kamdani menyebutkan khususnya sektor-sektor terkait hospitality sudah banyak yang hampir mengajukan kepailitan. Terlebih belum ada kepastian kapan wabah pandemi virus corona ini berakhir.

Karenanya, ia menilai jika semakin lama membiarkan kondisi wabah seperti ini dan pemerintah tidak memberikan relaksasi tekanan finansial yang efektif kepada pelaku usaha sektor riil yang terkena dampak maka opsi gulung tikar akan semakin banyak dipilih pengusaha.

Baca Juga: Kadin nilai tidak ada sektor bisnis yang aman dari pandemi virus corona

"Khususnya pelaku usaha di sektor-sektor yang mengalami tekanan terbesar karena wabah seperti sektor jasa pariwisata dan pendukungnya," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (8/5).

Untuk mencegah lebih banyak pengusaha yang gulung tikar atau pelaku usaha yang mengambil opsi gulung tikar atau menghentikan operasi usaha secara sementara, Shinta menyarankan pemerintah harus memberikan bantuan yang efektif merelaksasi tekanan terhadap kondisi finansial perusahaan.

Menurutnya, hal tersebut harus dilakukan dari dua arah, yakni dari sisi pembebanan biaya-biaya usaha khususnya fixed cost seperti beban listrik, biaya tenaga kerja non-gaji, beban pajak, dan lain-lain.

Kedua, dari sisi penerimaan, khususnya dalam bentuk modal seperti restrukturisasi kredit, penurunan suku bunga pinjaman riil, atau fresh capital injection.

"Kebijakan-kebijakan ini yang dilakukan di hampir semua negara untuk menekan dampak negatif wabah agar tidak menjadi krisis ekonomi yang lebih serius di sektor riil," tuturnya.

Ia mencontoh Jerman yang memberikan suntikan dana langsung (fresh capital injection) ke seluruh pelaku usahanya untuk memastikan tidak banyak perusahaan yang gulung tikar.

Baca Juga: Perusahaan-perusahaan ini tutup karena harga gas

Shinta menyebut Indonesia mungkin tidak bisa betul-betul sama, tetapi untuk memastikan tidak banyak pelaku usaha sektor riil yang mengalami kepailitan, harus dipastikan semua stimulus ekonomi berjalan dengan baik sehingga efek relaksasi tekanan finansial di pelaku usaha sektor riil juga bisa terasa signifikan dan mencegah kepailitan.

"Secara khusus, kami berharap agar stimulus bisa diperbesar karena dampak pandemi ini sudah lebih luas dan sudah lebih lama dari yang kami perkirakan sebelumnya sehingga damage atau kerusakaan ekonominya pun lebih dalam. Kalau stimulus tidak ikut diperbesar, bantuan yang diberikan pemerintah akan semakin tidak signifikan untuk menyelamatkan sektor-sektor yang ada dalam jurang kepailitan dan tidak akan cukup untuk menekan tekanan finansial di berbagai sektor lain yang belum terlalu terancam eksistensinya karena wabah," bebernya.

Kemudian, ia menyebut stimulus ini pun harus diberikan dengan cepat. Besaran dan bentuknya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan di sektor.

Ia mencontohkan kembali seperti sektor pariwisata membutuhkan paling banyak bantuan dari segi pembebanan biaya usaha maupun dari segi kredit usaha karena sektor ini hampir tidak memiliki pemasukan sama sekali untuk beroperasi.

Oleh sebab itu, menurutnya stimulus yang paling urgent adalah fresh capital injection di samping keringanan beban-beban usaha dan restrukturisasi utang usaha.

Baca Juga: Industri wisata lumpuh akibat corona, berikut curahan hati Asita dan Putri

Kemudian, sektor lain seperti manufaktur yang masih bisa beroperasi saat ini paling urgent membutuhkan restrukturisasi kredit, keringanan biaya-biaya operasi perusahaan dan kelancaran produksi serta mobilitas barang.

"Sektor-sektor lain kebutuhannya akan beragam bentuk stimulusnya. Namun, yang jelas kalau mau menghindari banyaknya perusahaan yang gulung tikar, semua stimulus ini harus diberikan dengan cepat, tepat sasaran, memiliki besaran yang memadai sehingga efektif merelaksasi tekanan finansial di perusahaan. Kalau tidak, opsi gulung tikar tidak bisa dihindarkan lagi oleh pelaku usaha," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×