kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bappenas: MEA buka peluang kerja lintas negara


Kamis, 10 Maret 2016 / 16:26 WIB
Bappenas: MEA buka peluang kerja lintas negara


Sumber: Antara | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah berjalan sejak 1 Januari 2016 membuka peluang bagi sumber daya manusia di Indonesia untuk bekerja lintas negara ASEAN.

Oleh karena itu, Amalia menilai pelatihan dan pendidikan sangat penting untuk para tenaga kerja Indonesia sehingga dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara lainnya.

"Ada delapan bidang yang memang sudah disepakati MRA-nya (Mutual Recognizing Agreement), artinya untuk bisa bekerja di negara lain, setiap pekerja harus punya sertifikasi. Selain itu, perlu mengikuti aturan yang berlaku di negara masing-masing, maka pelatihan pendidikan untuk para tenaga kerja kita menjadi sangat penting. Dalam hal ini, kebijakan pemerintah sudah ke arah itu," ujar Amalia di Jakarta, Kamis.

Delapan profesi yang sudah disepakati dalam MRA adalah insinyur, arsitek, tenaga pariwisata, akuntan, dokter gigi, tenaga survei, praktisi medis dan perawat. Tenaga kerja profesi tersebut dapat bekerja lintas negara ASEAN, setelah memiliki sertifikasi pelatihan dan pendidikan.

Ia menuturkan, MEA sendiri adalah ujung dari perjalanan panjang yang sudah dilakukan sebelumnya, salah satunya adalah AFTA yang disepakati sejak 1992. MEA sendiri dibentuk sejak KTT 2007 di Cebu, Filipina. Menurut Amalia, yang terpenting adalah bagaimana masyarakat Indonesia memanfaatkan peluang yang ada dari MEA.

"Walaupun MEA berarti keterbukaan, tetapi tetap ada rambu-rambu hukum yang berlaku. Mari kita lihat sisi positifnya, yaitu dengan adanya MRA di delapan bidang profesi tersebut, tenaga kerja Indonesia dapat memiliki sertifikasi untuk bekerja lintas ASEAN," kata Amalia.

Sementara itu, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas Theresia Ronny Andayani mengatakan MEA harus dipandang dengan kacamata positif. MEA sendiri sebenarnya adalah upaya berkelompok untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan yang damai, adil dan sejahtera.

"Oleh karena itu, mari kita lihat sisi positifnya. Semua negara ASEAN ingin melaksanakan perbaikan untuk mencapai kondisi sejahtera bersama-sama," ujar Theresia.

Menurutnya, slogan One Vision, One Identity dan One Community adalah landasan kuat kerjasama ini, dan seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran akan persaingan dalam MEA. Jika tidak memiliki kelemahan, tentu tidak akan khawatir. Salah satu cara menghadapi MEA adalah dengan membenahi kelemahan tersebut.

Ia menambahkan, Bappenas dan Kementerian Perdagangan juga sudah membentuk AEC (Asean Economic Community) Center sebagai pusat layanan informasi mengenai MEA. Selain itu dapat pula diakses melalui web www.aeccenter.kemendag.go.id dan media sosial. Pemerintah ingin mensosialisasikan dan memberikan edukasi dengan jangkauan yang lebih luas tentang MEA.

Ke depan, Bappenas memiliki rencana untuk mereplikasi AEC Center ini ke beberapa provinsi dengan bekerjasama dengan Pemda untuk memperluas informasi mengenai MEA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×