Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) masih optimis bisnis alat berat bertumbuh di tahun ini. Pasalnya permintaan komoditas, khususnya batubara diprediksi terus meningkat.
"Sektor batubara saat ini masih bagus, sampai tahun depan pun kelihatannya masih tinggi," ujar Ferdinand D, Investor Relations Strategist INTA kepada Kontan.co.id, Senin (22/1).
Perseroan membeberkan, kenaikan penjualan di 2017 melaju secara signifikan. INTA berhasil menjual total 629 unit alat berat sepanjang tahun lalu. Dengan nilai penjualan unaudited yang sebesar Rp 1,2 triliun.
Ferdinand menyebut, dari jumlah unit tercatat kenaikan penjualan sebesar 52% dibandingkan realisasi penjualan tahun 2016. Sedangkan, dari sisi nilai penjualan, INTA berhasil mencatat kenaikan pendapatan sebesar 64%.
"Penjualan alat berat ada siklusnya, biasanya setiap lima tahun kalau alat dipakai non-stop pasti harus ganti," kata Ferdinand. Maka, menurutnya, periode 2017 dan 2018 permintaan alat berat sedang berada pada puncaknya.
Sepanjang 2016 lalu saja, INTA hanya melego 415 unit alat berat, senilai total Rp 782 miliar. Tahun 2018 ini, INTA menargetkan penjualan alat berat naik 25%. Adapun pertumbuhan penjualan tersebut akan didorong sektor pertambangan dengan asumsi harga komoditas relatif stabil.
Kelebihan permintaan
Untuk memesan alat berat saat ini pembeli harus menunggu dalam waktu tertentu. Hal ini disebabkan permintaan alat berat tengah melonjak tinggi dan tidak sebanding dengan jumlah pasokannya.
Ferdinand mengakui booming alat berat kali ini memang tinggi dibandingkan dari periode sebelumnya. Namun sebagai pemasok, INTA juga tidak serta merta menambah ketersediaan alat beratnya begitu saja.
"Kami penuhi permintaan di 2018 inj sebenarnya sudah sesuai perhitungan juga," kata Ferdinand. Untuk alat berat jenis truk besar dengan berat di atas 45 ton misalnya, konsumen INTA perlu indend sekitar 3-4 bulan. Sedangkan untuk jenis eskavator kurang dari 20 ton waktu tunggu pemesanan tidak lebih dari 1 bulan saja.
Untuk itu dengan capital expenditure (capex) senilai Rp 80 miliar tahun ini, perseroan menggunakannya sebagian besar untuk penambahan bengkel dan gudang spare part. "Kami sebelumnya sudah punya gudang-gudang besar di Samarinda dan Balikpapan," terang Ferdinand.
Dengan jumlah distributor 30 buah, penjualan alat berat INTA didominasi di wilayah industri tambang seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News