Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Corona (Covid-19) dan anjloknya harga minyak mentah dunia telah membuat industri hulu minyak dan gas bumi (migas) sempoyongan. Di tengah tekanan kondisi tersebut, pemberian insentif diharapkan bisa menjaga perusahaan migas untuk tetap bertahan dalam memitigasi dampak pandemi.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) John S. Karamoy menjelaskan, perusahaan migas khususnya yang menerima kontrak jangka panjang di sektor hulu sejatinya telah memperhitungkan proyeksi keekonomian proyek migas. Hal itu dihitung dengan mempertimbangkan kasus lokal maupun global seperti pergerakan supply dan demand, begitu juga dengan fluktuasi harga minyak.
Baca Juga: Kilang Pertamina RU II Dumai tetap beroperasi penuh di masa pandemi corona
Namun, kondisi pandemi Covid-19 telah membuat kondisi menjadi sangat rumit. "Kondisi ekonomi dunia yang terpuruk dalam dua bulan terakhir akibat covid-19 adalah di luar dugaan dan hanya dalam hitungan minggu harga minyak bumi terjun bebas," kata John kepada Kontan.co.id akhir pekan ini.
Menurutnya, National Oil Company (NOC) khususnya pelaku hulu migas nasional swasta, akan menghadapi tekanan akibat tren penurunan harga minyak, yang mana biaya operasi bisa menjadi lebih tinggi dari harga jual minyak.
Bila kondisi ini berkepanjangan, sambung John, agar NOC swasta bisa tetap berproduksi secara ekonomis maka diperlukan insentif berupa pinjaman modal (capex) berbunga rendah untuk dana pengembangan. "Dengan pembukuan depresiasi yang dipercepat, akan sangat membantu memperkuat cash flow," imbuh John.
Sementara itu, jika diperkirakan dampak Covid-19 berlangsung lebih lama atau hingga tahun 2021 mendatang, maka diperlukan juga pembebasan bea masuk dan pajak impor terhadap barang kapital yang mendukung kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan. Hal itu dinilai akan sangat membantu untuk mempertahankan produksi dan menghindari pengurangan karyawan.
Baca Juga: Super Energy (SURE) berhasil catatkan laba bersih meski pendapatannya turun di 2019
Dengan melihat kondisi saat ini, John juga berpandangan bahwa bentuk insentif lebih dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan penyedia barang dan jasa di hulu migas.
Apalagi bagi perusahaan yang melayani kontrak dengan Internasional Oil Company (IOC) yang menurunkan target sehingga bakal menekan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.
"Bagi mereka yang melayani IOC ada kemungkinan rencana downsizing sehingga perusahaan penyedia barang dan jasa akan menghadapi masalah keuangan dengan beban biaya besar, berupa hutang ke bank dan biaya karyawan," terang John.
Baca Juga: Soal harga BBM, Kementerian ESDM masih bergeming
Ia menambahkan, untuk menjamin kelangsungan kondisi keuangan perusahaan penyedia barang dan jasa di sektor hulu migas, Aspermigas pun mendukung Pertamina untuk terus melaksanakan program seismik dan pengeboran lebih dari 300 sumur eksplorasi dan produksi.
Menurut John, hal tersebut juga penting untuk menjamin kenaikan cadangan dan produksi migas jangka panjang. "Kita harus menganut sikap bahwa harga minyak bumi akan naik dan membaik, dan jangan sampai produksi migas nasional menurun," tegas John.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News