Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
Atas dasar biaya angkut yang tinggi dan permintaan produk menguntungkan SULI dari EU terbatas, produsen kayu lapis ini lebih memilih untuk memperdalam pasar lainnya seperti India.
Adapun bagi PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) pasar Uni Eropa dinilai kurang menarik. Direktur Darmi Bersaudara, Lie Kurniawan menyatakan saat ini KAYU tidak ekspor ke Eropa sebab spek produk berbeda dan perlu modal kerja yang lebih besar. "Sehingga bagi kami belum menarik," kata Lie.
Oleh karenanya KAYU lebih fokus untuk meningkatkan penjualan ke negara ekspor eksisting saat ini khususnya ke India.
PT Chitose International Tbk (CINT) menilai untuk menjajal pasar EU perlu usaha yang cukup besar sementara pasar domestik dan Asia masih tinggi pangsa pasarnya untuk digarap.
Sekretaris Perusahaan CINT, Helina Widayani menjelaskan perusahaan pernah ekspor ke Jerman tahun 1999-2009, kemudian berlanjut lagi di tahun 2018. Setelah itu CINT belum lagi meneruskan ekspornya ke UE karena pelanggan dari sana tidak membeli lagi.
Baca Juga: Imbas pandemi covid-19, ekspor sektor kehutanan menurun
"Dari sisi produk, jika jelas ada order dan kontinuitasnya, Chitose perlu memodifikasi produk sesuai dengan permintaan pasar Eropa. Adapun modifikasi dimensi produk sesuai postur tubuh orang Eropa yang mayoritas tinggi besar," papar Helina.
Sedangkan eksisting produk Chitose mengikuti standard Asia atau Jepang.
Berbeda dengan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) yang akan meningkatkan penjualan ekspor ke Eropa jika kondisi ekspor kembali normal. Corporate Secretary and Head of Investor Relations WOOD, Wendy Chandra menyatakan tentu perusahaan akan terus memperluas pangsa pasar di pasar Eropa dan Asia. "Sebab kami sudah mengantongi sertifikat SVLK dan FSC dari segi bahan baku," kata Wendy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News