kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini perkembangan investasi gula Tanah Air


Rabu, 17 Oktober 2018 / 14:47 WIB
Begini perkembangan investasi gula Tanah Air
ILUSTRASI. Pabrik Gula Ngadirejo


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi pabrik gula di Tanah Air saat ini sedang dikembangkan. Beberapa pabrik sejauh ini tengah dalam pembangunan dan ada yang sudah mulai beroperasi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Agus Wahyudi.

“Yang sudah beroperasi itu PT SMS di Nusa Tenggara Barat itu baru beroperasi, kemudia yang sedang berjalan pembangunannya yaitu PT PNS di Sumatera Selatan, kemudian PT Rejoso Manis Indo di Bitar, PT Johnlin Batu Mandiri di Bombana yang baru berjalan,” ujarnya.

Sepanjang 2016 hingga pertengahan 2018, Kemtan sudah memfasilitasi beberapa investor untuk pembangunan pabrik gula baik investor domestik dan luar negeri. Realisasi pembangunan pabrik gula ini senilai total Rp 41,44 triliun. Agus berharap pabrik yang masih dalam pembangunan akan mulai beroperasi dua tahun ke depan.

Belum lama ini, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut bahwa negara Taiwan berminat berinvestasi membangun industri gula di Indonesia senilai Rp 20 triliun. Ini dikatakan Arman usai bertemu dengan Menteri Pertanian Taiwan, Tsung-Hsien Lin di Taipei, Taiwan.

Agus berharap dalam waktu dekat ini pembahasan bisa segera selesai untuk investasi ini dengan paling tidak empat pabrik gula yang dibangun di Indonesia.

“Ya itu kan sedang dalam pembahasan bagaimana ini mau kita arahkan ke daerah mana, rinciannya sedang dibicarakan di Sekjen. Harapan kita bisa empat (pabrik) paling enggak,” ungkapnya.

Lebih lanjut Agus menyebutkan bahwa ini merupakan kerjasama G to G (Government to Government) di mana perlu kehati-hatian, dan berbeda dengan B to B (Business to Business) yang sifatnya lebih kepada investasi.

Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa peralatan yang digunakan oleh investor memiliki komposisi yang paling baik, sehingga setiap pabrik tidak mematok peralatan dari negaranya.

“Pabrik gula itu peralatannya campur-campur ada yang dari Jerman, Jepang, ada yang dari Mauritio, dari Thailand dan dari India, dicari yang paling baik komposisinya, jadi India itu salah satu negara yang memasok peralatan pabrik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×