Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi mempersiapkan rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) terus melakukan Forum Group Discussion membahas proyek pipa transmisi gas trans Kalimantan. Berdasarkan data BPH Migas, potensi kebutuhan gas Kalimantan sebesar 1.214,92 standar kaki kubik per hari (mmscfd) hingga 1.354,12 mmscfd.
Kebutuhan tersebut terdiri dari pembangkit Listrik sebesar 476,2 mmscfd hingga 528,6 mmscfd dengan pertimbangan konversi pembangkit eksisting ke gas bumi serta tambahan RUPTL 2019.
Lalu, penambahan penduduk sebanyak 1,5 juta jiwa dengan kebutuhan gas mencapai 34,7 mmscfd, 17,02 mmscfd untuk potensi pemindahan 34 kantor kementerian.
Baca Juga: Begini gambaran ibu kota baru nantinya versi Bappenas
Kemudian untuk pembangunan kawasan industri yakni Kawasan Industri Landak, Ketapang & empat industri di Kalimantan Barat, lima industri di Kalimantan Tengah, KI Batulicin, Jorong dan tiga industri di Kalimantan Selatan, Kawasan Industri Maloy Batuta, dan satu industri semen di Kalimantan Timur. Serta Kawasan Industri Tanah Kuning dan tiga industri di Kalimantan Utara diprediksi membutuhkan listrik sebesar 3.364 megawatt (MW). Jika dikonversi ke gas bumi dengan perhitungan 1 mmscfd setara 5 MW maka kebutuhan gas sebesar 672,8 mmscfd.
Selain itu, pembangunan jaringan gas sebesar 14,2 mmscfd hingga 101 mmscfd .
PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) selaku salah satu pemenang lelang ruas proyek pipa transmisi gas trans Kalimantan menilai proyek ini sebagai proyek yang potensial. Director Chief Operating Officer (COO) Bakrie Indo Infrastructure A.D Erlangga menyebut perjanjian jual beli gas akan menjadi peluang bagi pihaknya untuk melanjutkan perjanjian transportasi gas.
Baca Juga: Ibu kota pindah ke Kalimantan, beragam pendapat pelaku properti hingga pengamat
"Pipa ini kan open access, sehingga kalau ada perjanjian lain distribusi juga bisa melalui pipa ini," sebut Erlangga, Jumat (2/8).
Lebih jauh Erlangga memastikan, rencana pemindahan ibu kota menjadi salah satu aspek pendukung. "Jikapun tidak menjadi ibu kota, potensi masih tetap tinggi, meski sedikit lambat perkembangannya," tandas Erlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News