Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Blue Bird Tbk (BIRD) fokus menjalankan efisiensi baik di sektor opex maupun cost untuk menekan kerugian di tengah kondisi pandemik COVID-19. Perusahaan transportasi darat ini juga mengklaim sudah melakukan penghematan gaji dan tunjangan para direksi dengan mengembalikan 100% take home pay (THP) bulan Maret.
"Kami melakukan efisiensi di berbagai sektor baik direct cost maupun opex. Namun, di saat yang sulit ini kami juga ada pengeluaran khusus untuk support driver-driver kami seperti insentif khusus, makan gratis, sembako dan juga pengeluaran untuk hand sanitizer, masker, dan juga disinfektan," jelas Adrianto Djokosoetono kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Baca Juga: Ada pembatasan sosial, analis sarankan hindari saham-saham ini
Ia menambahkan, selain memastikan keberlangsungan Perseroan dan kesejahteraan para driver, pihaknya juga berusaha mengembangkan layanan delivery menggunakan taksi bertajuk BlueBird Chat on Delivery (COD) sejak 26 Maret lalu.
Pengembangan COD turut menggandeng beberapa gerai seperti Kemchiks, Gelael, Toys Kingdom, dan Total buah. "Layanan ini tentunya memperhatikan higienitas dalam proses delivery itu sendiri," lanjutnya.
Tahun ini, BIRD mengalokasikan capex senilai Rp1,5 triliun dari dana internal dan pinjaman bank. Alokasi dana diutamakan untuk menambah lagi armada kendaraan dengan jenis mobil listrik (electric vehicle) sebanyak 200 unit.
Saat ini BIRD memiliki 29 unit armada mobil listrik. Sebanyak 25 unit di antaranya adalah mobil listrik BYD E6 yang digunakan untuk taksi reguler, sedangkan empat lainnya adalah Tesla Type X yang digunakan untuk Silver Bird. Sedangkan secara total, pengelola Blue Bird ini pada 2019 mengoperasionalkan sekitar 29.000 unit kendaraan, baik untuk taksi, rental, maupun bus.
Baca Juga: Mobil bekas taksi seharga Rp 100 jutaan, bisa dapat Mobilio sampai Camry
Melihat laporan keuangan 2019, laba bersih BIRD menyusut 31,2% dari Rp457,30 miliar menjadi Rp314,56 miliar. Pendapatan juga turun 4,03% menjadi Rp4,04 triliun dari Rp4,21 triliun pada tahun 2018. Beban usaha akibatnya meningkat 16,45% menjadi Rp723,52 miliar.
Adapun jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas meningkat masing-masing 6,76%, 19,64%, dan 2,66%. Jumlah aset berada di Rp7,42 triliun, liabilitas di level Rp2,01 triliun dan ekuitas Rp 5,40 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News