Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) terus memetik manfaat dari tren penguatan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) global yang masih berlanjut hingga paruh kedua 2025.
Momentum ini dimanfaatkan perseroan untuk mempercepat sejumlah agenda strategis, termasuk pengembangan infrastruktur dan perluasan kapasitas produksi.
Iqbal Prastowo, Sekretaris Perusahaan CSRA, mengatakan bahwa tren kenaikan harga CPO memberikan dampak positif terhadap margin keuntungan perusahaan.
Optimisme ini didukung oleh proyek pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) III di Sumatera Selatan yang diproyeksikan akan mula beroperasi pada semester II-2025. PKS tersebut dapat memproduksi 30 ton sampai 45 ton CPO per jam.
"Dengan tebalnya marjin saat ini, kami memanfaatkannya untuk mempercepat pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) di Banyuasin, membangun infrastruktur kebun, memperluas penanaman di landbank Sumatera Selatan, serta menambah alat mekanisasi panen,” ujarnya kepada Kontan, Senin (21/7).
Baca Juga: Penjualan Cisadane Sawit Raya (CSRA) Tembus Rp 1,06 Triliun pada 2024
Sebelumnya, CSRA memiliki PKS I yang berlokasi di Labuhan Batu, Sumatera Utara dengan kapasitas 45 ton per jam. Ada pula PKS II yang berkapasitas 30 ton per jam dengan lokasi di Tapanuli Selatan, Sumatea Utara.
Meski demikian, CSRA memilih tetap fokus pada pasar domestik, kendati situasi geopolitik global dan kebijakan tarif Amerika Serikat terhadap komoditas sawit tengah menjadi perhatian pelaku industri.m
“Secara garis besar Indonesia memang akan tertekan di pasar AS. Namun, bagi CSRA yang saat ini 100% pasarnya domestik, hal ini belum berdampak langsung. Kami belum berencana ekspor karena permintaan lokal masih sangat tinggi,” jelas Iqbal.
Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Bakal Operasikan Pabrik Kelapa Sawit Ketiga
Ia menambahkan, penurunan harga minyak mentah global sejauh ini belum mengganggu permintaan biodiesel yang berbasis CPO. Justru sebaliknya, permintaan untuk CPO cenderung stabil dan menguat.
“Daya dorongnya datang dari permintaan luar negeri yang masih tinggi dan meningkatnya penggunaan CPO untuk kebutuhan energi berkelanjutan, di samping sebagai bahan pangan,” paparnya.
Meskipun harga jual membaik, CSRA tidak menutup mata terhadap tantangan operasional, terutama yang berkaitan dengan iklim dan serangan hama. Untuk itu, perusahaan mengandalkan penerapan best agronomy practices di lapangan guna menjaga produktivitas kebun tetap optimal.
Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Siapkan Capex Hingga Rp 100 Miliar pada 2025
Selanjutnya: Link Live Streaming Indonesia vs Malaysia di Piala AFF U-23 2025 Pukul 20.00 WIB
Menarik Dibaca: Promo HokBen ShopeePay SPayLater 21 Juli, Makan Menu Favorit Diskon 10% sampai 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News