Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Martina Berto Tbk (MBTO), menargetkan peningkatan kinerja sepanjang tahun 2024. MBTO membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 25%, mencapai Rp 525 miliar hingga akhir tahun ini.
Direktur Martina Berto, Jos Irwin Hartanto, menyatakan keyakinannya bahwa target tersebut bisa dicapai dengan mengurangi Harga Pokok Penjualan (HPP) dari 65,16% di tahun 2023 menjadi 56,82% pada tahun 2024.
Selain itu, MBTO juga menargetkan peningkatan efektivitas biaya pemasaran dari 18,77% di tahun 2023 menjadi 19% di tahun ini. Diharapkan, ini akan mengubah rugi usaha sebesar Rp 2,5 miliar menjadi laba Rp 45,8 miliar di tahun 2024.
“Untuk bisa meraih EBITDA dari Rp 14 miliar di tahun 2023 menjadi Rp 59 miliar di tahun 2024 dengan laba setelah pajak/adalah dari minus Rp 31 miliar di tahun 2023 menjadi laba setelah pajak di tahun 2024 yaitu Rp 24 miliar,” ungkap Jos, dalam Paparan Publik, Kamis (20/6).
Baca Juga: Sektor Maklon Beri Kontribusi Pendapatan 50% ke Martha Tilaar Grup (MBTO)
Untuk mewujudkan target bisnis tahun ini, Martina Berto mengimplementasikan berbagai strategi, termasuk adaptasi terhadap perilaku konsumen, rejuvenasi produk, investasi dalam media digital, distribusi yang lebih luas, serta inovasi produk baru.
Direktur MBTO, Kilala Tilaar, menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir MBTO aktif melakukan penelitian untuk target pasar generasi milenial dan Gen Z yang mencakup 60% dari total pasar di Indonesia. Dengan demikian, perusahaan berharap dapat melakukan rejuvenasi dan inovasi produk baru yang lebih tepat sasaran dengan target pasar yang diincar MBTO.
“MBTO adalah perusahaan warisan yang telah melewati beberapa generasi. Di era milenial dan Gen Z ini, kami harus lebih belajar karena siklus hidup produk sangat cepat, setiap tiga bulan berubah, didorong oleh tren seperti TikTok. Oleh karena itu, kami harus lebih produktif dalam aktivitas usaha,” jelas Kilala.
Selain itu, MBTO juga berupaya mempertahankan dan memperkuat penjualan melalui PT Tara Parama Semesta (TPS) yang mengelola gerai Martha Tilaar Shop (MTS) dan penjualan online, serta unit usaha PT Cedefindo (anak perusahaan MBTO) yang bergerak di bidang contract manufacturing atau maklon.
Kilala menambahkan bahwa bisnis contract manufacturing memiliki prospek cerah ke depan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar kosmetik di dalam negeri maupun internasional.
“Dengan kebijakan pemerintah yang lebih ketat dalam melonggarkan impor produk, kami mendapat keuntungan. Pengusaha asing yang ingin berjualan di Indonesia harus bermitra dengan perusahaan lokal seperti kami. Ini peluang yang kami manfaatkan,” ujar Kilala.
Tahun ini, MBTO menyiapkan dana belanja modal (Capex) sebesar Rp 10,9 miliar, yang sebagian besar akan digunakan untuk renovasi fasilitas manufaktur perusahaan. Hingga kini, sekitar Rp 1 miliar dari dana Capex tersebut telah terserap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News