Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mining Industry Indonesia (MIND ID) tengah fokus menggarap sejumlah proyek hilirisasi. Namun, tak berhenti di hilir, holding pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga punya strategi untuk mengembangkan tambang di sektor hulu.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak menjelaskan bahwa divestasi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) yang akan diserap MIND ID menjadi salah satu strategi pengembangan di sektor hulu.
Baca Juga: Kawal proyek strategis hilirisasi, Bos MIND ID: Kalau tidak cepat, "supir" diganti
Bersama cadangan nikel yang sudah dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), Orias berharap MIND ID bisa mengamankan lebih dari 20% cadangan nikel yang dimiliki Indonesia.
Orias bilang, nikel menjadi komoditas strategis untuk pengembangan baterai. Bukan saja baterai untuk kepentingan kendaraan listrik, namun juga baterai yang bisa digunakan untuk pembangkit, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). "Itu menjadi sangat potensial untuk kita," kata Orias kepada Kontan.co.id, Kamis (16/1).
Lebih lanjut, Orias mengatakan, pihak MIND ID dan Vale sudah menyepakati harga divestasi 20% saham itu. Sayangnya, Orias masih belum bersedia untuk menyebutkan angkanya.
Yang jelas, kata Orias, MIND ID sudah menyiapkan dana sebesar US$ 500 juta yang bersumber dari pinjaman sejumlah perbankan. Menurut Orias, harga divestasi yang disepakati tidak lebih dari itu. "Belum bisa disebutkan (harga yang disepakati), tapi uang yang kita siapkan itu cukup lah," jelas Orias.
Baca Juga: Vale Indonesia (INCO): Negosiasi perjanjian definitif divestasi masih sesuai jadwal
Orias menyampaikan, saat ini pihaknya tengah membahas persetujuan terkait pemegang saham atau Shareholder Agreement. Ia menargetkan, penandatanganan perjanjian definitif bisa sesuai jadwal di triwulan pertama, dan transaksi divestasi 20% saham INCO bisa rampung paling lambat Juni tahun 2020 ini.
Adapun, mengenai strategi pengembangan di sektor hulu seperti akuisisi lahan tambang, Orias mengatakan bahwa hal itu belum menjadi prioritas MIND ID. Sebab, Orias menilai, cadangan batubara dan mineral yang dimiliki anggota holding pertambangan BUMN masih mencukupi.
"Batubara, nikel, emas cukup. Kita lihat saja, kalau ada aset-aset yang dilepas dan bagus, kita ambil. Kalau nggak ada, ya nggak akan ada (akuisisi)," ungkap Orias.
Sementara itu, saat ditanya mengenai peluang untuk mengakuisisi lahan tambang dari pemegang Perpanjangan Kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Orias enggan menjawab lugas.
Baca Juga: Uni Emirat Arab Mengincar Investasi Sektor Energi di Indonesia
Namun, Orias menekankan bahwa akuisisi lahan tambang batubara belum begitu genting. Sebab, perusahaan batubara plat merah, yakni PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) masih memiliki cadangan yang besar, yakni sekitar 3 miliar ton.
Dengan asumsi rata-rata produksi batubara PTBA sebanyak 30 juta ton per tahun, maka perusahaan tambang BUMN itu masih memiliki persediaan sekitar 100 tahun.
Sekali pun akan melakukan akuisisi terhadap lahan tambang batubara, Orias mengatakan bahwa pihaknya tertarik untuk membidik batubara berkalori tinggi atau di atas 5.000 GAR. "Iya, belum urgent. Soalnya reserve kita masih 3 miliar, masih bisa 100 tahun," sebut Orias.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News