kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini strategi PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) hadapi 2019


Selasa, 21 Mei 2019 / 16:17 WIB
Begini strategi PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) hadapi 2019


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pudjiadi and Sons Tbk (PNSE) memiliki beberapa strategi guna meringankan kerugian yang dialami karena hantaman bencana alam tahun 2018 lalu.

Melalui acara Ekspos Publik, emiten properti ini fokus pada penguatan kas dengan meminjam dana sebesar Rp 45 miliar kepada PT Mandiri di awal tahun. Alokasi ini, diarahkan sebesar Rp 27 miliar untuk membayar hutang lama dan sisanya digunakan untuk balance sheet.

Langkah selanjutnya adalah melakukan perampingan aset dengan menjual aset non produktif, contohnya adalah aset J Hotel Cengkareng, yang direlokasi ke Bumi Serpong Damai.

"Pertimbangan lainnya adalah, di daerah Cengkareng persaingan sangat kompetitif pula. Ditambah dengan adanya pembangunan infrastruktur transportasi yang berpotensi meningkatkan daya saing yang makin tinggi di sana," jelas Direktur PNSE, Ariyo Tejo kepada Kontan dalam kesempatan Rapat Umum Pemegang Saham (RPUS) di Hotel Jayakarta, Jakarta Barat, Selasa (21/5).

Selanjutnya, PNSE juga melakukan program pemasaran lebih intens melalui digital dan sistem Multi Channel Marketing, serta mengikuti acara pemasaran di dalam maupun luar negeri.

Langkah lainnya adalah, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Anyer untuk mempelopori kegiatan yang meringankan trauma masyarakat terhadap Tsunami Anyer. Dengan keterangan yang didapat dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), pihaknya hendak menyebarkan data bahwa resiko tsunami yang besar kemunginan tidak terjadi lagi di wilayah tersebut.

Sebagai informasi, selain Anyer, hotel PNSE di daerah Lombok dan Flores juga terkena dampak bencana alam pada Agustus 2018 silam.

Ariyo berkata, langkah perseroan semakin berat dengan keberadaan isu penutupan Pulau Komodo sebagai daerah konservasi, sementara titik tersebut menjadi destinasi favorit wisatawan.

"Padahal sebenarnya, keberadaan komodo lebih banyak di Pulau Rinca bukan Komodo. Kami pikir Pemda setempat kurang transparan mengenai informasi ini. Simpang siur ini tentu makin memukul kami," jelas Ariyo kepada Kontan, Selasa (21/5).

Hal sama juga terjadi pada taman laut Lombok yang tidak terlalu banyak terekspos oleh pemerintah setempat. Dia berpendapat pemerintah daerah juga perlu mengekspos keindahan agar turis mancanegara dan domestik kembali berwisata.

"Kami berharap proses recovery hotel-hotel yang dilanda bencana alam pada 2018, makin cepat terjadi tahun ini. Selain itu, redanya gonjang-ganjing politik dari Pilpres saat ini dapat segera terwujud," pungkas Ariyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×