Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) mengalokasikan belanja modal sejumlah Rp 530 miliar. Jumlah tersebut meningkat dari anggaran belanja modal tahun lalu sebesar Rp 320 miliar.
Tahun lalu alokasi dana capex digunakan untuk membangun pabrik pakan, slaughtering house atau rumah penyembelihan hewan, serta investasi di pembiakan (breeder) dan broiler.
Direktur Keuangan MAIN, Rudy Hartono mengatakan tahun ini dana capex yang disiapkan akan digunakan untuk membangun pabrik pakan, breeder farm, dan broiler farm pada 2019. “Sumber dana masih dari internal dan juga pinjaman bank dalam negeri,” kata Rudy saat paparan publik, Kamis (20/6).
Bila diperinci investasi pembangunan pabrik sebanyak Rp 350 miliar digunakan untuk pabrik pakan di area Lampung. Total kapasitasnya mencapai 20.000 metrik ton per bulan. Dengan beroperasinya pabrik baru, MAIN mendapatkan tambahan kapasitas 20% dari kapasitas terpasang.
Pembangunan pabrik tersebut memakan waktu setahun. Sehingga belanja modalnya dipisah menjadi dua. MAIN akan menggunakan dana capex tahun ini sebesar Rp 250 miliar untuk proyek tersebut. Dan sisa Rp 100 miliar akan digunakan tahun depan.
Rencananya, MAIN juga akan menghabiskan dana sekitar Rp 190 miliar untuk pembangunan farm breeder dan farm broiler sebesar Rp 90 miliar di daerah Jawa. Sayangnya untuk kapasitas belum dibeberkan. Yang jelas untuk farm breeder total penambahan kapasitas sekitar 15% dari beberapa lokasi.
Berharap kinerja tahun ini tumbuh
Rudy menjelaskan, tahun ini pendapatan perusahaan ditargetkan bisa tumbuh 15% dibandingkan dengan periode tahun lalu. Sementara untuk laba bersih belum dapat di tetapkan karena masih melihat kondisi pasar unggas .
“Kinerja kita pada kuartal I-2019 cukup baik dibandingkan competitor kita yang mengalami penurunan. Kita optimis di 2019 kinerja baik dan tak ada revisi target,” jelasnya. Kuartal I-2019, MAIN mencatatkan penjualan Rp1,94 triliun naik 32% yoy.
Oleh karena itu manajemen berupaya untuk meluaskan pangsa pasar. Tak hanya domestik tapi juga luar negeri. Salah satu Negara yang dijajaki untuk diekspor yakni Myanmar.
Adapun produk yang akan diekspor adalah makanan olahan. Nantinya manajemen MAIN akan bekerjasama dengan distributor untuk menjual produknya. Ditargetkan ekspor bisa dilaksanakan tahun depan. Meski demikian saat ini perusahaan asal Indonesia masih banyak kalah saing dengan Negara lain seperti Brazil.
Pasalnya biaya produksi di Indonesia jauh lebih besar. “Kami dan pemerintah tentu mau bersama-sama bisa ekspor keluar negeri,” jelasnya.
Selain itu upaya lain yakni meningkatkan efisiensi produksi dan melakukan penghematan di setiap lini produksi dan operasional. “Kami juga persiapkan produk baru di ritel,” jelasnya. Untuk mengantisipasi fluktuasi nilai tukar Rupiah, MAIN akan hedging dan pengalihan pinjaman dari mata uang asing ke rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News