kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Benarkah rokok elektrik bisa membuat lebih mudah berhenti merokok?


Sabtu, 12 Oktober 2019 / 08:00 WIB
Benarkah rokok elektrik bisa membuat lebih mudah berhenti merokok?


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli

Menurut laporan Santé Publique France (Public Health France), persentase perokok di Prancis telah menurun dan banyak dari mantan perokok mengaitkan keberhasilan mereka berhenti dengan penggunaan rokok elektrik.

Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa sejak kehadiran rokok elektrik di Prancis, sekitar 700.000 mantan perokok dewasa belum merokok selama lebih dari enam bulan dan yang percaya bahwa menggunakan rokok elektrik membantu mereka berhenti merokok.

Di Inggris, data terbaru mengungkapkan bahwa Inggris mengalami penurunan jumlah perokok hingga hampir 2 juta orang dibandingkan dengan jumlah pada tahun 2018.

Baca Juga: Dilarang di Banyak Negara, Rokok Elektrik Makin Mengepul di Indonesia

Data tersebut juga menunjukkan bahwa rokok elektrik adalah alat bantu berhenti merokok yang paling populer digunakan.

Laporan “Adult Smoking Habits in the UK” yang diterbitkan oleh Public Health England dan Office of National Statistics, menunjukkan bahwa prevalensi merokok di Inggris mengalami penurunan menjadi 14,4%.

Dengan 2,8 juta pengguna rokok elektrik di seluruh negaranya, rokok elektrik telah menjadi alat bantu berhenti merokok paling populer di Inggris.

Sangat jelas bahwa merokok memiliki konsekuensi yang sangat mematikan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa terdapat 1,8 juta kematian akibat kanker paru-paru secara global pada tahun 2018.

Pada tahun yang sama, data Globocan menunjukkan bahwa rasio kasus tertinggi di Indonesia adalah kanker paru-paru dengan 10,9 per 100.000 kematian.

Baca Juga: Obat maag populer ranitidine ditarik dari peredaran di luar negeri



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×