Reporter: Abdul Basith | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketersediaan benih menjadi faktor utama berhasil tidaknya Kementerian Pertanian (Kemtan) merealisasikan target penanaman kedelai di atas lahan seluas 500.000 hektare (ha) pada tahun 2017. Bila ketersediaan benih kedelai tidak disiapkan sebelumnya, maka niscaya target peningkatan produksi kedelai hanya mimpi.
Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Indonesia (KTNA) Indonesia mengatakan, Kemtan memang telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 661 miliar pada APBN Perubahan 2017 untuk program ini. Walau dana sudah ada, namun jika ketersediaan benih tidak disiapkan maka hasilnya tidak akan maksimal. "Kalau dilakukan secara dadakan akan susah untuk mendapatkan benih," ujar kepada KONTAN, Selasa (10/10).
Winarno menghitung, benih kedelai yang dibutuhkan untuk menanami lahan seluas 1 ha adalah sebanyak 30 kilogram (kg). Oleh karena itu dengan target lahan seluas 500.000 ha, dibutuhkan benih kedelai sebanyak 15.000 ton.
Guna memenuhi kebutuhan itu, menurut Winarno, diperlukan ketersediaan benih yang paling dekat dengan wilayah tanam. Namun masih ada daerah yang kebutuhan benihnya dipasok dari Pulau Jawa.
Menurutnya harga benih kedelai bioteknologi saat ini mencapai Rp 70.000 per kg. Sedangkan daerah yang mengembangkan benih kedelai, atau Desa Mandiri benih menjual benih kedelai seharga Rp 15.000 per kg.
Selain soal ketersediaan benih, penyediaan lahan juga bisa menghambat target Kemtan. Sebab menurut Winarno, kendala dalam penanaman kedelai adalah kandungan tanah pada lahan. Dia bilang kedelai hanya dapat ditanam subur di atas lahan yang pernah ditanami kedelai. "Petani perlu melakukan inokulasi pada lahan yang akan ditanami kedelai," terang Winarno.
Namun hal itu dapat diatasi dengan perkembangan teknologi. Sehingga petani dapat menanam kedelai di atas lahan yang belum pernah ditanami kedelai sebelumnya. Apalagi saat ini sudah ada yang menjual bakteri inokulum sehingga petani lebih mudah menanam kedelai.
Direktur Marketing dan Penjualan PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Afrizal Gindow bilang dengan upaya itu maka peluang pengembangan benih kedelai terbuka lebar. Apalagi Indonesia masih sangat bergantung pada kedelai impor. Namun sayangnya dia belum bisa mengatakan pasti kapan Ewindo akan memproduksi benih kedelai. "Kami masih fokus pada benih hortikultura," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News