kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berlimpah dan murah menjadi kekuatan dan potensi gas


Jumat, 27 September 2019 / 22:15 WIB
Berlimpah dan murah menjadi kekuatan dan potensi gas
ILUSTRASI. Jaringan gas rumah tangga


Reporter: Filemon Agung , Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Cipta Wahyana

KONTAN.CO.ID - Energi gas diyakini menjadi energi bersih dengan sumber daya melimpah di Indonesia. Tak hanya hanya itu, harganya pun terbilang murah ketimbang energi lain. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat, rata-rata harga gas pipa di Jawa US$ 9-US$ 11 per mmbtu.

Harga gas lain seperti compressed natural gas(CNG) US$ 11-US$ 15 per mmbtu dan liquefied natural gas(LNG) ritel US$ 17-US$ 19 per mmbtu. Bandingkan dengan harga rata-rata bahan bakar minyak (BBM) maupun liquefied petroleum gas(LPG) yaitu US$ 20-US$ 23 per mmbtu.

Tak hanya itu, pasokan gas bumi lebih bisa diandalkan ketimbang sumber energi lain. "Gas dari dalam negeri sehingga ketahanannya lebih terjamin," tandas Jugi Prajogio, Anggota Komite BPH Migas, Kamis (26/9). Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro sepakat, harga murah dan ketersediaan pasokan merupakan keunggulan gas bumi ketimbang sumber lain.

Harga murah tentu menjadi variabel positif bagi pelaku industri dan rumah tangga dalam bentuk jaringan gas (jargas). Bagi pelaku industri, misalnya, belanja energi yang miring akan signifikan mengurangi beban pokok produksi. Maka, selain sebagai komoditas, pemerintah menempatkan gas bumi sebagai sumber energi potensial.

Konsumsi gas bumi pun berperan besar dalam menggerakkan ekonomi rakyat dan menyumbang penerimaan negara. "Sudah jelas gas sebagai economic driver, kita enggak berdebat lagi soal itu," ungkap Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (25/9).

Menurut Kementerian ESDM, saban tahun, alokasi gas bumi untuk domestik rata-rata naik 8%. Alokasi gas bumi domestik tahun 2018 untuk berbagai sektor. Perinciannya, 6,03% LNG domestik, 2,3% LPG domestik, 12,78% kelistrikan dan 10,94% pupuk. Sementar, alokasi untuk industri sebesar 25,25%, lifting minyak 2,81% dan jargas 0,05%

Tahun lalu, porsi gas untuk domestik mencapai 60%. Kementerian ESDM memprediksi, porsi tahun ini bakal sama. Hingga Mei 2019, produksi gas untuk domestik mencapai 3.935,09 bbtud atau 65,4% dari total produksi.

Kepala Bidang Kelembagaan Indonesian Natural Gas Trader Association (INGTA), A. Hendrayana menyebut, kebutuhan gas bumi akan terus meningkat terpacu permintaan industri maupun rumah tangga.

Adapun salah satu perusahaan yang getol memperluas pemanfaatan gas bumi di Indonesia adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Perusahaan milik negara ini mengembangkan infrastruktur gas di berbagai sektor industri, usaha kecil hingga rumah tangga.

Saat ini, PGAS mengelola sekitar 3 miliar kaki kubik per hari setara dengan 98% pangsa pasar bisnis transmisi gas. Kelolaan gasnya sekitar 25% dari total pemanfaatan gas domestik. "Kami percaya, kolaborasi dengan Pertagas dan beberapa perusahaan terafiliasi lain akan memberi manfaat jangka panjang dalam memenuhi kebutuhan energi," kata Gigih Prakoso, Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk, beberapa waktu lalu.​ 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×