Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
Selain itu, beban umum dan administrasi juga meningkat 15,58% menjadi 268,74 miliar daripada tahun 2017 sebesar Rp 232,51 miliar.
Alhasil mereka mendapatkan laba bersih sebesar Rp 276,31 miliar naik 11,80% ketimbang tahun 2017 sebesar Rp 247,14 miliar.
Pada tahun 2019 lalu, pendapatan ELSA terus bertumbuh. Terjadi lonjakan sebesar 26,58% (yoy) atau menjadi Rp 8,38 triliun.
Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan berpendapat, faktor utama di balik peningkatan pendapatan ELSA adalah strategi diversifikasi portofolio yang sukses dijalankan oleh perusahaan tersebut.
Strategi tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan seperti penurunan harga minyak global dan peralihan blok terminasi ke Pertamina.
Penurunan harga minyak sejatinya mengakibatkan adanya permintaan diskon besar pada harga jasa migas ELSA. Di sisi lain, ketika harga minyak global kembali naik, hal ini tidak serta merta langsung meningkatkan harga jasa migas ELSA, melainkan lebih dulu menggairahkan aktivitas eksplorasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Baca Juga: Harga minyak fluktuatif, saham Elnusa (ELSA) menarik dilirik untuk jangka panjang
“Sementara itu peralihan blok terminasi ke Pertamina dan gairah aktivitas eksplorasi migas memberi peluang positif bagi Elnusa,” ungkap Wahyu, Senin (24/2).
Wahyu menambahkan, secara profitabilitas, marjin laba bersih ELSA berhasil naik menjadi 4,3% di tahun 2019 atau lebih baik dari hasil di tahun sebelumnya sebesar 4,2%.
Dari situ, ELSA sanggup membukukan laba bersih sebesar 356,47 miliar di tahun 2019 lalu. Jumlah tersebut naik 29,01% (yoy) secara tahunan.
Wahyu menyebut, peningkatan laba bersih ELSA tak lepas dari upaya perusahaan yang sebaik mungkin menerapkan strategi ketepatan waktu, ketepatan anggaran, hingga ketepatan keuntungan dalam pelaksanaan proyek.
Strategi ini memungkinkan ELSA untuk mampu menjalankan kegiatan bisnisnya secara efektif dan efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News