Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
Pada tahun 2016 harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang cukup tajam, bahkan sempat menyentuh level terendah yaitu US$28 per barel pada awal Januari dan bergerak terbatas di bawah level US$50 pada hampir sepanjang tahun.
Kondisi tersebut mempengaruhi aktivitas migas baik dari sisi eksplorasi maupun produksi serta pengembangan lapangan migas.
Pendapatan usaha konsolidasi ELSA mengalami penurunan sebesar 4,1% menjadi Rp 3,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Akibatnya, perolehan laba juga mengalami penurunan, termasuk laba bersih yang turun sebesar 17,2% dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp 310 miliar.
Selain karena imbas aspek operasional, penurunan laba bersih pada 2016 juga dipengaruhi oleh kerugian kurs yang cukup besar sekitar Rp 18 miliar.
Pada tahun 2017, ELSA menorehkan peningkatan pendapatan sebesar 37,52% menjadi Rp 4,98 triliun. Bisnis jasa distribusi dan logistik jadi kontributor pendapatan paling besar pada tahun tersebut.
Baca Juga: Ada diskon tarif PPh bagi emiten, begini respons Elnusa (ELSA)
Lini bisnis ini menyumbang Rp 2,50 triliun atau setara dengan 50,31% dari total pendapatan. Sementara bisnis hulu migas terintegrasi menyumbang Rp 2,28 triliun atau setara dengan 45,69% total pendapatan.
Sayang, pertumbuhan pendapatan ini ikut dibarengi dengan melonjaknya beban pendapatan pokok di tahun lalu. Beban pendapatan pokok yang harus ditanggung ELSA melonjak 46,39% year on year (yoy) menjadi Rp 4,4 triliun.
Di sisi lain, beban umum dan administrasi ELSA juga meningkat 21,36% yoy menjadi Rp 232,51 miliar. Hal ini pun turut berperan dalam membuat laba ELSA turun 20,51% yoy tahun 2017 lalu menjadi Rp 247,14 miliar dari sebelumnya Rp 310,91 miliar.
Torehan positif sisi pendapatan berlanjut di tahun 2018 di mana ELSA berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,62 triliun naik 32,93% ketimbang perolehan tahun 2017 sebesar Rp 4,98 triliun.
Bila dirinci pendapatan dari pihak ketiga, yaitu jasa distribusi dan logistik energi sebesar Rp 1,44 triliun, kemudian dari jasa hulu migas terintegrasi sebesar Rp 518,53 miliar, dan dari jasa penunjang migas mereka memperoleh Rp 204,64 miliar.
Selanjutnya pendapatan dari pihak berelasi, dari bisnis jasa distribusi dan logistik energi sebesar Rp 2,25 triliun, dari bisnis jasa hulu migas sebesar Rp 2,12 triliun, dan jasa penunjang migas sebanyak Rp 80,43 miliar.
Baca Juga: Prospek Elnusa Diyakini Masih Positif, Begini Rekomendasi Analis untuk Saham ELSA