kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berpotensi terdampak corona, simak kinerja Elnusa (ELSA) 5 tahun terakhir


Selasa, 07 April 2020 / 21:15 WIB
Berpotensi terdampak corona, simak kinerja Elnusa (ELSA) 5 tahun terakhir
ILUSTRASI. Gedung Elnusa, Jakarta. KONTAN/Muradi/2015/05/06


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) mengakui situasi pandemi corona berpotensi memberi dampak pada kinerja perusahaan tahun ini.

Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan menjelaskan, fluktuasi harga minyak dan pandemi corona membuat perusahaan melakukan penyesuaian pada target-target yang dicanangkan.

"Kami sedang melakukan penyesuaian target dan belanja modal," tutur Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).

Kendati demikian, Wahyu belum bisa mengemukakan besaran perubahan pada target perusahaan dan alokasi capex untuk tahun ini. Hal ini juga berlaku pada target raihan kontrak ELSA.

Baca Juga: Elnusa berupaya pertahankan kinerja di tengah pandemi corona

Asal tahu saja, semula ELSA menargetkan dapat meraup pendapatan hingga Rp 9 triliun pada tahun ini lewat segmen jasa distribusi dan energi serta segmen jasa hulu minyak dan gas.

ELSA juga berencana menyiapkan belanja modal alias capex sebesar Rp 1,4 triliun demi menunjang pertumbuhan perusahaan.

Wahyu tak menampik, kondisi tahun ini merupakan yang paling memberi dampak signifikan pada kinerja perusahaan dalam lima tahun terakhir.

"Dampak kondisi makro saat ini sangat mempengaruhi kinerja, baik operasional maupun keuangan," jelas Wahyu.

Adapun, kondisi makro saat ini disebut berdampak negatif kepada segmen bisnis luar negeri dan dalam negeri perusahaan.

Menilik lima tahun terakhir, fluktuasi harga minyak memang sempat mempengaruhi kinerja ELSA pada 2016 silam.

Baca Juga: Terganjal virus corona, Elnusa (ELSA) kaji penyesuaian target untuk tahun 2020

Pada tahun 2016 harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang cukup tajam, bahkan sempat menyentuh level terendah yaitu US$28 per barel pada awal Januari dan bergerak terbatas di bawah level US$50 pada hampir sepanjang tahun.

Kondisi tersebut mempengaruhi aktivitas migas baik dari sisi eksplorasi maupun produksi serta pengembangan lapangan migas.

Pendapatan usaha konsolidasi ELSA mengalami penurunan sebesar 4,1% menjadi Rp 3,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Akibatnya, perolehan laba juga mengalami penurunan, termasuk laba bersih yang turun sebesar 17,2% dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp 310 miliar.

Selain karena imbas aspek operasional, penurunan laba bersih pada 2016 juga dipengaruhi oleh kerugian kurs yang cukup besar sekitar Rp 18 miliar.

Pada tahun 2017, ELSA menorehkan peningkatan pendapatan sebesar 37,52% menjadi Rp 4,98 triliun. Bisnis jasa distribusi dan logistik jadi kontributor pendapatan paling besar pada tahun tersebut.

Baca Juga: Ada diskon tarif PPh bagi emiten, begini respons Elnusa (ELSA)

Lini bisnis ini menyumbang Rp 2,50 triliun atau setara dengan 50,31% dari total pendapatan. Sementara bisnis hulu migas terintegrasi menyumbang Rp 2,28 triliun atau setara dengan 45,69% total pendapatan.

Sayang, pertumbuhan pendapatan ini ikut dibarengi dengan melonjaknya beban pendapatan pokok di tahun lalu. Beban pendapatan pokok yang harus ditanggung ELSA melonjak 46,39% year on year (yoy) menjadi Rp 4,4 triliun.

Di sisi lain, beban umum dan administrasi ELSA juga meningkat 21,36% yoy menjadi Rp 232,51 miliar. Hal ini pun turut berperan dalam membuat laba ELSA turun 20,51% yoy tahun 2017 lalu menjadi Rp 247,14 miliar dari sebelumnya Rp 310,91 miliar.

Torehan positif sisi pendapatan berlanjut di tahun 2018 di mana ELSA berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,62 triliun naik 32,93% ketimbang perolehan tahun 2017 sebesar Rp 4,98 triliun.

Bila dirinci pendapatan dari pihak ketiga, yaitu jasa distribusi dan logistik energi sebesar Rp 1,44 triliun, kemudian dari jasa hulu migas terintegrasi sebesar Rp 518,53 miliar, dan dari jasa penunjang migas mereka memperoleh Rp 204,64 miliar.

Selanjutnya pendapatan dari pihak berelasi, dari bisnis jasa distribusi dan logistik energi sebesar Rp 2,25 triliun, dari bisnis jasa hulu migas sebesar Rp 2,12 triliun, dan jasa penunjang migas sebanyak Rp 80,43 miliar.

Baca Juga: Prospek Elnusa Diyakini Masih Positif, Begini Rekomendasi Analis untuk Saham ELSA

Selain itu, beban umum dan administrasi juga meningkat 15,58% menjadi 268,74 miliar daripada tahun 2017 sebesar Rp 232,51 miliar.

Alhasil mereka mendapatkan laba bersih sebesar Rp 276,31 miliar naik 11,80% ketimbang tahun 2017 sebesar Rp 247,14 miliar.

Pada tahun 2019 lalu, pendapatan ELSA terus bertumbuh. Terjadi lonjakan sebesar 26,58% (yoy) atau menjadi Rp 8,38 triliun.

Head of Corporate Communication Elnusa Wahyu Irfan berpendapat, faktor utama di balik peningkatan pendapatan ELSA adalah strategi diversifikasi portofolio yang sukses dijalankan oleh perusahaan tersebut.

Strategi tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan seperti penurunan harga minyak global dan peralihan blok terminasi ke Pertamina.

Penurunan harga minyak sejatinya mengakibatkan adanya permintaan diskon besar pada harga jasa migas ELSA. Di sisi lain, ketika harga minyak global kembali naik, hal ini tidak serta merta langsung meningkatkan harga jasa migas ELSA, melainkan lebih dulu menggairahkan aktivitas eksplorasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Baca Juga: Harga minyak fluktuatif, saham Elnusa (ELSA) menarik dilirik untuk jangka panjang

“Sementara itu peralihan blok terminasi ke Pertamina dan gairah aktivitas eksplorasi migas memberi peluang positif bagi Elnusa,” ungkap Wahyu, Senin (24/2).

Wahyu menambahkan, secara profitabilitas, marjin laba bersih ELSA berhasil naik menjadi 4,3% di tahun 2019 atau lebih baik dari hasil di tahun sebelumnya sebesar 4,2%.

Dari situ, ELSA sanggup membukukan laba bersih sebesar 356,47 miliar di tahun 2019 lalu. Jumlah tersebut naik 29,01% (yoy) secara tahunan.

Wahyu menyebut, peningkatan laba bersih ELSA tak lepas dari upaya perusahaan yang sebaik mungkin menerapkan strategi ketepatan waktu, ketepatan anggaran, hingga ketepatan keuntungan dalam pelaksanaan proyek.

Strategi ini memungkinkan ELSA untuk mampu menjalankan kegiatan bisnisnya secara efektif dan efisien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×