Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah yang meroket akhirnya menyeret harga bahan baku tekstil. Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) akui bahwa ada kenaikan bahan baku tekstil seiring dengan naiknya harga minyak mentah tersebut.
Mengutip Bloomberg, Kamis (25/2) pukul 19.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 naik 0,24% menjadi US$ 67,20 per barel.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) juga melesat 0,28% ke US$ 63,40 per barel. Bahkan di awal sesi perdagangan hari ini, harga minyak sempat menyentuh level tertinggi dalam 13 bulan.
Namun, penguatan harga minyak berdampak pada kenaikan bahan baku tekstil khususnya polyster.
"Seperti Purified Terephthalic Acid (PTA) dan Methyl Ethylene Glycol (MEG) yang dalam dua bulan terakhir ini naik sampai 15%," kata Redma Gita Wirawasta, Sekjen APSyFI kepada Kontan.co.id, Kamis (25/2).
Selain itu, kenaikan polyester biasanya akan berpengaruh juga terhadap kenaikan di kapas dan rayon.
Sebagai informasi, saat ini industri lokal dapat memenuhi 85% untuk polyester dan rayon di industri hulu. Namun untuk kapas, 98% masih diimpor. Redma memerinci, secara total konsumsi komposisi serat untuk industri adalah 40% polyester, 30% rayon, dan 30% kapas.
Berdasarkan perhitungan Redma, bahan baku yang terdampak kenaikan harga minyak di struktur biaya industri hulu sekitar 55%. "Jadi berpengaruh besar terhadap harga jual produknya," tegasnya.
Redma menjelaskan, kenaikan harga bahan baku yang terjadi saat ini terlalu cepat di tengah daya beli yang masih lemah. Oleh karenanya, pihak hulu tekstil terus berkoordinasi dengan sektor hilir baik terkait produk yang permintaannya besar maupun kemampuan pasar menyerap produk di tengah kondisi saat ini.
Baca Juga: Ini pengaruh kenaikan harga minyak dunia bagi industri pelayaran
Lewat pemantauannya, per minggu ini mulai ada keluhan dari hilir, produknya mulai susah dijual karena permintaan mulai melemah lagi.
Redma khawatir, kalau banyak barang impor produk pakaian jadi online yang murah, bisa menjadi biang keladi IKM lokal terhambat sehingga permintaan kainnya melemah.
Kendati ada kenaikan harga bahan baku, Redma mengakui sejauh ini output hulu tekstil tidak terpengaruh. "Kalau output untuk industri hulu masih normal, utilisasi sekitar 80%," jelasnya.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Rizal Tanzil Rakhman menambahkan, permintaan tekstil saat ini masih lemah karena adanya pembatasan yang dilakukan pemerintah untuk menghambat penyebaran virus corona pada kuartal I-2021.
Adapun, naiknya harga bahan baku di hulu tekstil, dapat menyeret industri hilir TPT. "Sebelumnya API sudah mendapatkan informasi bahwa di sektor intermediate (benang dan kain) harga bahan baku naik," kata dia saat dihubungi terpisah.
Namun, Rizal belum bisa memastikan berapa persen kenaikan harga jual produk hilir TPT. Sebagai gambaran saja, kenaikan produk hilir lebih tinggi dari kenaikan harga bahan baku (di atas 15%) karena ada margin.
Selanjutnya: Meski bebas PPnBM, berikut 5 kondisi sebaiknya Anda jangan membeli mobil baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News