Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Sebenarnya, fluktuasi harga bahan bakar bukanlah hal yang asing bagi pelaku industri logistik dan merupakan situasi yang akrab bagi perusahaan rantai pasokan. Berbagai strategi pun telah diupayakan oleh pelaku industri tersebut.
Salah satunya, banyak perusahaan rantai pasokan yang telah fokus untuk mengurangi biaya transportasi sebagai adopsi strategi untuk menyelamatkan usaha dari dampak kenaikan biaya energi.
Upaya konsolidasi juga diterapkan dengan mengurangi jumlah operator dan mengkonsolidasikan kebutuhan rantai pasokan melalui sumber tunggal. Dalam hal ini, lebih sedikit operator berarti lebih banyak volume bisnis dan potensi paket diskon untuk layanan transportasi.
Selain itu, perusahaan terkait logistik juga perlu memikirkan cara untuk terus meningkatkan operasi dan layanan yang lebih efisien. “Bagi yang ingin mengurangi risiko, mereka mungkin akan mengunci eksposur risiko harga bahan bakar guna membantu menjamin jumlah anggaran mereka untuk tahun tersebut,” terang Yukki.
Baca Juga: Premium dan Pertalite Bakal Dihapus, Begini Rencana Pemerintah
Di luar itu, perusahaan logistik juga melakukan langkah tertentu yang disebut Nearshoring, yaitu upaya mengurangi panjang transportasi produk dalam rantai pasokan. Hal ini melibatkan sumber produk dan bahan baku dari lokasi yang dekat dengan pasar akhir dalam usaha mengurangi biaya transportasi.
Terlepas dari adanya potensi penyesuaian biaya energi, Yukki menyebut bahwa perusahaan logistik, forwarding, maupun rantai pasok tetap berpeluang melakukan ekspansi bisnis. Perusahaan di sektor ini harus selalu dapat menyesuaikan diri dalam kondisi apapun karena perusahaan logistik bertindak layaknya jantung pada manusia, sehingga akan selalu dibutuhkan.
“Sepanjang ada arus investasi masuk dan konsumsi masyarakat yang terus berkembang, perusahaan logistik akan ekspansi sesuai perkembangan pasar,” pungas Yukki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News