Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT KAI (Persero) menyebutkan bahwa Indonesia belum menyetor modal awal senilai Rp 4,3 triliun terkait proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Jakarta-Bandung. Seharusnya setoran modal awal itu sudah dilakukan pada Desember 2020.
Adapun, biaya proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung juga diestimasikan membengkak dari sekitar US$ 1,9 miliar atau Rp 27,17 triliun. Di mana dalam mengerjakan proyek kereta cepat itu sebelumnya budget awal yang diestimasikan yakni senilai US$ 6,07 miliar. Rinciannya, sekitar US$ 4,8 miliar adalah biaya konstruksi atau EPC. Sementara itu, US$ 1,3 miliar adalah biaya non-EPC.
Namun, estimasi yang di buat pada November 2020 ternyata biaya tersebut meningkat menjadi US$ 8,6 miliar. Selanjutnya, berdasarkan kajian yang melibatkan konsultan pun akhirnya memperkirakan skenario biaya proyek itu akan kembali naik mencapai US$ 9 miliar dan terakhir berkonsultasi di mana proyek itu pun naik menjadi US$ 11 miliar.
Akibat pembengkakan biaya proyek ini, konsorsium Indonesia pun diperkirakan harus menanggung beban tambahan sebesar Rp 4,1 triliun, yang diusulkan dibiayai oleh suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2022.
Baca Juga: Indonesia terlambat setor modal untuk proyek Kereta Cepat, begini penjelasan KCIC
Menanggapi hal itu, Peneliti BUMN Research Group (BRG) Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, sekaligus Pengamat BUMN Toto Pranoto mengungkapkan keterlambatan setoran modal awal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) itu lantaran BUMN di Indonesia sebagai bagian konsorsium sedang mengalami situasi financial distress akibat dampak Covid-19.
“Sehingga berdampak juga pada proyek KCJB yang setoran modalnya menjadi terkendala,” kata Toto kepada Kontan.co.id, Kamis (9/9).
Sementara itu, menurut Toto terkait adanya cost overrun sebesar US$ 1,9 miliar lebih disebabkan terutama lambannya pembebasan lahan sehingga harga naik. Di samping itu biaya EPC pun turut melambung tinggi akibat dampak pandemi. “Namun Pemerintah sudah sampaikan akan ada tambahan PMN untuk KAI sebagai leader proyek KCJB itu di 2022 untuk menambal dampak cost overrun ini,” ungkapnya.
Sehingga, Toto meyakini bila proyek tersebut didorong dari pendanaan PMN maka proyek KCJB pun diperkirakan akan terus berjalan. Sehingga diharapkan pada akhir tahun 2022 layanan ini akan segera rampung dan beroperasi.
“Apabila BUMN sebagai mitra domestik masih punya masalah financing ke depannya maka upaya mencari investor domestik lainnya (bisa non BUMN) atau meminta LPI masuk ke pembiayaan proyek ini bisa diupayakan,” tutupnya.
Selanjutnya: Jasa Marga (JSMR) pastikan proyek kereta cepat akan selesai tepat waktu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News