Reporter: Barly Haliem | Editor: Khomarul Hidayat
DAV memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) dan AR berbasis internet of things (IoT). Perangkat tersebut, kata Michael, dapat digunakan sekaligus untuk edukasi konsumen, termasuk mengumpulkan data-data gender, karakteristik, ekspresi dan umur konsumen penggunanya.
Itu sebabnya, mesin ini diklaim bisa mengukur performa sebuah merek. Data yang terkumpul dari pemanfaatan teknologi di mesin, menurut Michael, juga berguna untuk menyiapkan strategi produk yang pas sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Baca Juga: BEI targetkan 78 pencatatan efek di 2020, masih ada 30 perusahaan dalam pipeline IPO
Selain penambahan DAV, WIR Group berniat menggenjot bisnis jaringan toko virtual Mindstores, hingga sebuah game AR berbasis geolokasi bernama Minar. Dalam mengembangkan bisnisnya, WIR menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan. Misalnya Alfamart, Kimia Farma hingga Electronic City. Perusahaan ini juga menggandeng komunitas muslim di bawah Awadah Group yang dikelola oleh Yenny Wahid.
Berbagai kerjasama tersebut efektif menjaring basis komunitas. Sebagai contoh, sejak dirilis Februari 2018 hingga Akhir Desember ini, Mindstore telah menjaring sekitar 60.000 pemilik toko virtual. “Yang aktif lebih dari 10%. Itu sudah bagus,” kata Michael.
Baca Juga: BEI catat pipeline obligasi Rp 4,48 triliun, berikut daftar lengkapnya
Dengan sejumlah agenda ekspansi ini, Michael optimistis bisnis WIR Group akan terus berkembang. Hingga tutup tahun ini, perusahaan ini mengincar pendapatan sekitar Rp 250 miliar. “Tahun depan kami membidik hasil double. Ya, sekitar Rp 500 miliar,” kata Michael.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News