Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) mengakui melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini telah berdampak terhadap perolehan keuntungan perseroan. Pasalnya, harga material kemasan terus mengalami kenaikan.
Antonius Muhartoyo, Presiden Direktur IGAR mengatakan, setiap pembelian kemasan produksi pabrikan dikenai kontrak selama setahun penuh. "Karena sudah dikontrak jadi tidak bisa langsung naikkan harga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/7).
Meski demikian, dalam perjanjian pembelian tersebut dicantumkan persyaratan jika rupiah sudah mencapai level tertentu maka harga kemasan IGAR dapat melakukan penyesuaian harga. Hal inilah, kata Antonius, yang masih dinegosiasikan terus dengan para pelanggan.
Meski demikian, Antonius menyadari sebagian besar pelanggan IGAR ialah produsen farmasi yang saat ini juga tengah mengalami tekanan lantaran harga impor bahan baku mereka yang terus naik. "Apalagi mereka juga ada suplai BPJS yang tidak ikut naik, tentu agak sulit," urai Antonius.
Oleh karena itu, IGAR memasang kuda-kuda dengan cara melakukan efisiensi di lini produksi. Dimana waste dari sisa produksi semakin diperkecil dan pemaksimalan penggunaan material ditingkatkan.
Adapun dari segi permintaan, industri kemasan foil terus mengalami pertumbuhan bahkan sampai semester I-2018 ini. "Itulah kenapa kami bisa growth di topline-nya, namun bottomline agak tergerus," sebut Antonius.
Menilik laporan keuangan kuartal I-2018, pendapatan bersih IGAR naik 7,6% menjadi Rp 198 miliar year on year (yoy). Namun, beban pokok penjualan meningkat 12% yoy menjadi Rp 168 miliar pada kuartal I-2018.
Sehingga berdampak pada penurunan laba kotor sebesar 14% menjadi Rp 30 miliar. Akibatnya, laba bersih turun 19% menjadi Rp 16,6 miliar pada triwulan pertama tahun ini.
Soal suplai bahan baku, IGAR mendapatkannya dari lokal maupun luar negeri. Adapun belanja bahan baku yang tercatat di kuartal-I 2018 ialah dari PT Alumindo Light Metal Industry Tbk (ALMI), Kokusai Pulp & Paper Co. Ltd, dan Yantai Jintai International Trade Co. Ltd dengan nilai Rp 33 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 31 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News