Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah situasi tak menentu akibat serangan Rusia ke Ukraina, bisnis kelapa sawit tetap berpeluang tumbuh,. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, mengatakan setidaknya ada lima kondisi yang menunjukkan prospek bisnis ini.
Pertama, ruang meningkatkan konsumsi di dalam negeri masih besar. “Minyak sawit merupakan kebutuhan dasar untuk sejumlah bahan makanan, kebutuhan industri dan bahan bakar minyak nabati,” ujar Joko, dalam penjelasan tertulis, Jumat (4/3).
Kedua, produksi kelapa sawit paling stabil di antara minyak nabati lain, seperti kedelai dan bunga matahari. Ketiga, industri hilir di dalam negeri sedang berkembang.
Keempat, pemerintah mulai gencar merespons kampanye negatif yang diserukan pihak tertentu.. Kelima, potensi kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya sangat besar. Ini menyusul lahan perkebunan sawit semakin terbatas.
Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS), Robiyanto mengatakan, besarnya prospek bisnis kelapa sawit di Indonesia mendorong perusahaan perkebunan jterus meningkatkan kapasitas bisnis. NSS menjawab besarnya prospek bisnis di industri kelapa sawit melalui rencana melepas saham perdana ke publik alias IPO.
NSS akan melepas sebanyak-banyaknya 40% saham dari modal yang disetor penuh. Harga penawaran diperkirakan berkisar antara Rp135 – Rp150 per unit saham.
Target perolehan dana dari kegiatan penawaran umum saham perdana ke publik sekitar Rp 2 triliun. “Dana hasil IPO ini akan kami gunakan untuk memampukan NSS dalam memenuhi permintaan pasar yang saat ini belum dapat kami penuhi. Sebagai catatan, pasar yang ada saja di dalam negeri saja, prospeknya masih sangat besar,” jelas Robiyanto.
Robiyanto menjelaskan, NSS memiliki basis pelanggan yang sangat kuat. Seperti Sinarmas, Wings, Musimas, Wilmar dan perusahaan besar lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News