Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui kondisi bisnis Liquefied Natural Gas (LNG) membuat para pemilik proyek migas khawatir termasuk Inpex Masela Ltd.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang dampak pandemi covid-19 membuat harga LNG sempat turun rendah. Hal ini kemudian berdampak pada para pemilik proyek. "Saat ini industri migas menghadapi masalah berat (termasuk) harga LNG. Ada ketakutan project owner seperti Masela eksekusi proyek ke depan," tutur Dwi dalam diskusi virtual, Kamis (2/7) lalu.
Baca Juga: Industri LNG terpuruk, SKK Migas: Butuh renegosiasi kontrak dan insentif
Dwi menjelaskan, pada Juni lalu harga LNG sempat berada di bawah US$ 2 per MMBTU, kemudian sempat naik ke US$ 2,2 per MMBTU. Kondisi pandemi covid-19, jelas Dwi, memang mempengaruhi pelaksanaan proyek migas seluruh dunia termasuk Indonesia. Secara global terjadi pemangkasan investasi hingga mencapai 30%.
Dikonfirmasi terpisah, Deputi operasi SKK Migas Julius Wiratno bilang pihaknya masih tetap mengupayakan pelaksanaan proyek-proyek migas termasuk Blok Masela. "Untuk Proyek yang rencana onstream tahun depan tetap kita usahakan sesuai jadwal. Kalau Masela kan masih jauh, onstream di tahun 2027, masih ada waktu untuk diskusi," jelas Julius, Minggu (5/7).
Baca Juga: SKK Migas Dorong Pemberian Insentif Hulu Migas Bagi Kontraktor
Sebagaimana diketahui, Lapangan Gas Abadi, Wilayah Kerja Masela dikembangkan dengan menggunakan skema pengembangan LNG darat dimana INPEX menjadi operatornya. Kilang LNG Abadi ini direncanakan berkapasitas 10,5 juta ton gas alam per tahun termasuk sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun, pasokan 150 mmscfd gas lokal melalui pipa darat serta kurang lebih 35 ribu barel kondensat per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News