kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis peternak unggas di ujung tanduk


Kamis, 02 Maret 2017 / 11:32 WIB
Bisnis peternak unggas di ujung tanduk


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Nasib peternak unggas, khususnya peternak layer (ayam petelur) tengah susah, seperti peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga pula. Pasalnya, dalam enam bulan terakhir, harga telur ayam terus anjlok.

Saat ini, rata-rata harga telur ayam ditingkat peternak di kisaran Rp 13.800-Rp 15.000 per kilogram (kg). Namun di saat bersamaan, harga jagung untuk pakan ternak melonjak rata-rata Rp 4.000 per kg, bahkan ada yang sudah mencapai Rp 7.000 per kg. Otomatis harga pakan ternak pun melonjak karena 50% bahan pakan berasal dari jagung.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, ketersediaan jagung di dalam negeri selama semester pertama tahun ini diprediksi mencukupi kebutuhan. Meskipun harus diakui, saat ini tidak mudah mendapatkan jagung.

Hal ini terjadi karena Kementerian Pertanian (Kemtan) menghentikan impor jagung. Akibatnya, terjadi persaingan di antara para peternak, baik peternak besar dan peternak kecil. Peternak kecil selalu kalah karena tidak dapat menyetok jagung dalam jumlah besar lantaran keterbatasan gudang dan modal.

Sementara, pemain besar masih bisa melakukan stok meskipun dalam jumlah terbatas. "Saat ini, harga jagung sudah mahal dan berada di atas harga yang ditetapkan pemerintah yang sebesar Rp 3.150 per kg," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (1/3).

Desianto mengatakan, agar dapat terus bertahan, industri pakan harus kreatif mencari subtitusi jagung di luar gandum untuk pakan ternak. Sebab, Kemtan juga sudah mewacanakan tidak mengizinkan impor gandum pakan ternak lagi. Jadi, alternatif lainnya adalah mencari campuran pakan dari minyak kelapa sawit atawa CPO yang mengandung protein, meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak yakni sekitar 7% untuk dicampur di pakan ternak.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×