Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
Belum lagi, industri batubara pelan tapi pasti mulai tergeser oleh energi baru dan terbarukan (EBT).
Hendra menilai, tantangan-tantangan yang disebut tadi kemungkinan masih akan terjadi pada tahun ini. Sehingga ia memperkirakan, ruang untuk kegiatan merger dan akuisisi bagi perusahaan batubara masih cenderung kecil.
Di sisi lain, Hendra melihat, perusahaan-perusahaan tambang batubara akan condong berekspansi di bidang pembangkit listrik ataupun pembangunan pabrik baru. “Kemungkinan perusahaan akan lebih diversifikasi ke PLTU sambil efisiensi,” ujar dia, Jumat (3/1).
Ambil contoh PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) yang sedang giat-giatnya membangun PLTU di Gorontalo dan Sulawesi Utara. Emiten ini pun ingin bertransformasi menjadi perusahaan energi terintegrasi.
Baca Juga: Emiten Batubara Kerek Produksi Tahun Depan
Sebaliknya, Hendra menilai aksi merger atau akuisisi masih akan banyak dijumpai di sektor pertambangan mineral. “Adanya kewajiban divestasi bagi perusahaan mineral memungkinkan proses akuisisi marak terjadi di masa mendatang,” ungkapnya.
Di samping itu, sejumlah harga komoditas mineral pun masih cukup prospektif memasuki tahun 2020. Selain emas yang sudah mengalami lonjakan sejak tahun lalu, harga nikel juga berpotensi meningkat berkat kebijakan pemerintah yang melarang ekspor produk tersebut.
Kenaikan harga komoditas ini dapat menopang kinerja keuangan perusahaan tambang mineral, sehingga pada akhirnya menjadi nilai tambah tersendiri ketika melakukan aksi korporasi seperti merger dan akuisisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News