kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis vaksin memiliki barriers to entry tinggi


Senin, 24 Agustus 2020 / 18:15 WIB
Bisnis vaksin memiliki barriers to entry tinggi
ILUSTRASI. Vaksin virus corona. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usaha pengembangan vaksin kembali menjadi perbincangan hangat menyusul adanya program pengembangan vaksin virus corona (covid-19) oleh pemerintah.  Meski begitu, nampaknya hambatan masuk pasar alias barriers to entry yang cukup tinggi membuat bidang usaha vaksin secara umum belum banyak dilirik oleh pemain industri farmasi.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi), Dorojatun Sanusi mengatakan, upaya pengembangan suatu vaksin membutuhkan keahlian dan teknologi khusus memakan waktu yang tidak sebentar, yakni bisa mencapai beberapa tahun.

Tidak hanya itu, bisnis vaksin juga memerlukan investasi yang tidak sedikit. Maklum, bisnis vaksin membutuhkan sarana dan prasarana dengan standar kesehatan yang khusus. Hal ini tidak hanya berlaku pada proses produksi, namun juga pada proses distribusi.

Dorojatun bilang, untuk menyimpan sebuah produk vaksin dibutuhkan fasilitas pendingin dengan temperatur yang khusus, yakni sekitar 2 - 8 derajat celcius. Oleh karenanya, proses pendistribusiannya tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun membutuhkan rantai dingin atau cold chain hingga sampai sasaran distribusi paling akhir agar kualitasnya terjaga.

Baca Juga: Begini prospek bisnis kemasan di tengah pandemi Covid-19

Di sisi lain, bisnis vaksin juga memiliki pasar yang terbatas dan bisa bersifat tidak kontinyu, sebab imunisasi vaksin menyasar penyakit yang sangat spesifik. Itulah sebabnya, menurut Dorojatun, pemain vaksin di dalam negeri belum banyak jumlahnya.

“Fungsi utama vaksin itu kan memberikan kekebalan imunitas. Kalau sudah sebagian besar masyarakat dan pemerintah menentukan bahwa masyarakat tidak memerlukan lagi imunisasi ya sudah itu selesai,” kata Dorojatun kepada Kontan.co.id, Senin (24/8).

Bisnis vaksin memang belum banyak dilakukan oleh pemain industri farmasi di dalam negeri. Sejauh ini, bisnis tersebut masih didominasi oleh pemain lama, yakni perusahaan pelat merah, PT Bio Farma (Persero). 

Saat ini, induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi tersebut bahkan terlibat dalam pengadaan vaksin corona di dalam negeri. Pada 20 Agustus 2020 lalu, Bio Farma telah menandatangani perjanjian Preliminary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Production of Covid -19 Vaccine.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Bio Farma dipastikan akan menerima 50 juta dosis bulk atau konsentrat vaksin corona ready to fill (RTF) sampai dengan Maret 2021 mendatang. bulk yang sudah sampai tersebut 




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×