Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Rencana investasi produsen telepon genggam dari Korea Selatan (Korsel) semakin jelas. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Luthfi mengatakan, investor Korsel yang sudah menyatakan keseriusannya menanamkan modal untuk memproduksi telepon genggam di Indonesia adalah Samsung. "Samsung sudah datang ke kantor BKPM," ujar Luthfi, Senin (6/7).
Adapun beberapa calon investor asing lainnya belum datang ke BKPM. "Kabar bahwa Nokia, RIM, belum ada sama sekali datang ke BKPM," imbuh Luthfi.
Meski sudah bertandang ke kantor BKPM, kata Lutfi, Samsung belum menyebutkan berapa besar investasi yang akan mereka tanamkan dan kapan mereka mulai membangun pabrik. "Samsung datang baru untuk permisi ke BKPM. Mereka melihat peluang investasi di Indonesia, kapan jelasnya belum ada suratnya ke BKPM," tandas Luthfi.
Luthfi yakin, dibanding dengan produsen lain, Samsung lah yang paling serius membuat pabrik di Indonesia. Soal pembangunan pabrik Samsung, "Itu masalah waktu saja, tinggal jalan saja. Semoga bisa lebih cepat," ujar Luthfi.
Seperti ditulis KONTAN (2/7), Departemen Perindustrian (Depperin) mencatat, ada lima perusahaan asing yang akan berinvestasi di Indonesia. Nilainya mencapai US$ 153 miliar. Dua di antaranya investor Korsel, yakni Yuwon dan PT Samsung electronics Indonesia.
Rencananya, investor Yu Won bakal membangun pabrik telepon seluler CDMA senilai US$ 10 juta . Pabriknya berlokasi di Banten dengan merek Yucom. Sementara PT Samsung Electronics Indonesia berencana menambah investasi dengan membangun pabrik telepon seluler dan perekam video senilai US$ 100 juta.
Tiga investor berasal dari Taiwan dan China. Mereka adalah Changhong Electronic dengan nilai investasi US$ 8 juta, dan TCL Corp dengan nilai investasi US$ 10 juta. Yang terakhir adalah Teko Machinery and Electronic yang berencana membangun pabrik mesin foto kopi senilai US$ 25 juta.
Tingginya minta investor asing menanamkan modalnya di Indonesia tentu tak lepas dari besarnya potensi pertumbuhan pasar telematika dan elektronika Indonesia.
Pada 2008, industri telematika mengalami pertumbuhan sebesar 10,26%. Adapun nilai ekspornya naik dari US$ 3,02 miliar pada 2007 menjadi US$ 3,22 miliar pada 2008.
"Sedangkan nilai produksi industri telematika yang pada 2007 sebesar Rp 45,73 triliun meningkat menjadi Rp 51,85 triliun pada 2008,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News