kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.439.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.405   30,00   0,19%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Bos Air Asia Ungkap Alasan Harga Tiket Pesawat di Indonesia Mahal


Sabtu, 14 September 2024 / 18:38 WIB
Bos Air Asia Ungkap Alasan Harga Tiket Pesawat di Indonesia Mahal
ILUSTRASI. Tony Fernandes, CEO Capital A, mengungkapkan jumlah penyebab harga tiket pesawat di Indonesia tinggi


Reporter: Leni Wandira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tiket pesawat di Indonesia cenderung lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Tony Fernandes, CEO Capital A, ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya biaya tiket pesawat di Indonesia.

Pertama, harga bahan bakar di Indonesia jauh lebih tinggi, sekitar 28% lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Kedua, Indonesia juga menerapkan PPN atas pajak bahan bakar, yang semakin menambah beban biaya operasional maskapai. 

Tony menjelaskan bahwa kebijakan pembatasan wajar yang diterapkan di Indonesia menyebabkan maskapai harus menurunkan harga tiket untuk mematuhi regulasi.

"Menariknya, pembatasan wajar membuat harga tiket menjadi lebih mahal karena maskapai penerbangan harus menurunkan harga tiket lebih rendah," kata Tony saat acara media roundtable eksklusif yang digelar di Fairmont Hotel Jakarta, Kamis (5/9).

Baca Juga: AirAsia Resmi Layani Rute Langsung Kuala Lumpur-Labuan Bajo 3 Kali Seminggu

Ironisnya, meskipun pembatasan ini dirancang untuk melindungi konsumen dengan harga tiket yang lebih rendah, pada kenyataannya hal ini justru membuat tiket pesawat menjadi lebih mahal. Di negara-negara seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand, yang tidak menerapkan pembatasan wajar, harga tiket lebih rendah.

Selain itu, Tony menyoroti masalah lain yang berdampak pada biaya operasional maskapai, yaitu pajak atas suku cadang. Ketika suku cadang dikirim untuk diperbaiki dan kembali, mereka dikenai pajak yang tidak ditemukan di negara lain. Hal ini secara signifikan meningkatkan biaya operasional maskapai di Indonesia.

"Kita telah berbicara dengan Kementerian Keuangan selama beberapa tahun untuk menghapus pajak impor sparepart," ujar dia.

Ia juga mencatat bahwa ada dua faktor yang sangat mempengaruhi biaya tetapi tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah, yakni harga bahan bakar dan nilai tukar mata uang.

Dengan dolar AS yang kuat, daya saing Indonesia menurun karena 70% dari biaya maskapai berkaitan dengan pemuatan dan bahan bakar. Untuk mengatasi masalah ini, Tony mengusulkan pembangunan lebih banyak fasilitas perawatan pesawat di Indonesia dan menciptakan zona perdagangan bebas, yang akan membantu menurunkan biaya operasional.

Baca Juga: Pemerintah Evaluasi Formula Harga Avtur, Ini Kata INACA dan Garuda Indonesia

Sementara itu, Veranita Yosephine, Direktur Utama Indonesia AirAsia, menambahkan bahwa adanya hanya satu pemasok bahan bakar di Indonesia merupakan masalah besar.

Di negara-negara lain seperti Malaysia, terdapat dua atau tiga perusahaan pemasok bahan bakar, yang menciptakan persaingan dan mengurangi biaya. "Di Indonesia, ketergantungan pada satu pemasok mengakibatkan biaya yang lebih tinggi karena tidak adanya persaingan," pungkasnya.

Selanjutnya: Tak Punya Tabungan Pensiun di Umur 45, Cek Cara Bangun Kekayaan ala Warren Buffett

Menarik Dibaca: Daftar Tempat Wisata Viral yang Mesti Dikunjungi Saat ke Jepang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×