Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) mengudang para petinggi industri minyak sawit untuk memastikan stok minyak goreng tersedia selama bulan Ramadhan dan Idulfirtri mendatang. Mereka yang hadir, para CEO dan pemilik perusahaan sawit besar Indonesia menyatakan komitmen mendukung program Kemdag dalam menyediakan minyak goreng dengan harga yang sudah ditetapkan pemerintah.
Pimpinan Industri Sawit dan minyak goreng yang hadir antara lain, Peter Sondakh pemilik Grup Rajawali, Bachtiar Karim, pimpinan Grup Musim Mas, Chairman Grup Sinar Mas Franky Oesman Widjaja, Arif Patrick Rachmat generasi kedua pemilik Triputra Group.
Hadir juga Master Parulian Tumanggor Komisaris Utama Wilmar, Managing Director Asian Agri Kelvin Tio, Presiden Komisaris PT Astra Agro Lestari Tbk Lestari Widya Wirawan, dan Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan, pihaknya telah meminta komitmen dari para petinggi industri minyak sawit dan minyak goreng tersebut untuk menyuplai ke pasaran. Saat ini, Kemdag telah mendapatkan komitmen ada stok 1,5 juta ton minyak goreng yang sewaktu-waktu dapat digelontorkan saat krisis terjadi.
"Jadi kami meminta pada pihak-pihak yang suka menimbun untuk tidak main-main, karena stok 1,5 juta ton sudah siap disalurkan bila terjadi kelangkaan," ujar Enggar yang didampingi para petinggi industri minyak goreng di Kemdag, Senin (17/4).
Menurut politisi Nasdem ini, harga minyak goreng di pasaran saat ini sudah mulai turun. Kendati begitu, belum mencapai harga yang ditetapkan pemerintah. Untuk itu, ia meminta pemilik perkebunan sawit dan produsen minyak goreng untuk ikut mnejaga kesepakatan harga minyak goreng curah yang telah ditetapkan pemerintah.
Enggar bilang, produsen minyak goreng telah siap membanjiri pasar dengan minyak goreng kemasan sederhana sehingga diharapkan harga minyak goreng curah di pasar tradisional segera turun. “Ini penting agar minyak goreng bagi masyarakat kelas menengah ke bawah selalu tersedia dan spekulasi bisa diredam jika stok tersedia,” kata Mendag.
Salah satu langkah stabilisasi harga adalah dengan menguatkan stok. Jika ada fluktuasi harga, stok segera digelontorkan ke pasar setiap saat. Dalam pertemuan disepakati stok 1,5 juta ton dari berbagai produsen.
Chairman Sinar Mas Grup Franky Oesman Widjaja mengatakan sebenarnya kebutuhan minyak goreng curah nasional sekitar 3 juta hingga 3,5 juta ton per tahun. Karena itu, stok 1 juta ton sangat cukup untuk meredam fluktuasi. "Yang penting informasi di mana ada fluktuasi sehingga kita bisa cepat banjiri daerah itu dengan pasokan,” tambah Franky.
Hal serupa juga dikatakan semua pimpinan perusahaan sawit yang hadir dalam pertemuan tersebut, termasuk Peter Sondakh yang menyatakan komitmen mendukung program pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng dan menjamin ketersediaan di lapangan. "Kami mendung program pak menteri sepenuhnya," janji Peter.
Sejak ditetapkannya harga eceran tertinggi (HET), harga rata-rata nasional minyak goreng curah per 13 April sebesar Rp 11.512 per liter atau turun 3,37% dari harga rata-rata nasional Maret yang mencapai Rp 11.914 per liter di sejumlah daerah harga minyak goreng curah bahkan berada di bawah Rp 10.50 per liter.
Hal itu terjadi di Kendari, Palangkaraya, Medan, dan Palembang. Sedangkan di beberapa wilayah antara lain Gorontalo, Jayapura, dan Manokwari harga masih cukup tinggi di kisaran Rp 13.000 - Rp 14.000 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News