Reporter: Petrus Dabu | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. BP Plc sedang mempelajari untuk mengembangkan kapasitas gas kilang LNG Tangguh hingga empat kali lipat. Sepeti dikutip Bloomberg, rencana ini disiapkan Chief Executive Officer BP, Robert Dudley untuk memperbesar laba dan pertumbuhan perusahaan.
Mei lalu, Dudley mengungkapkan bahwa BP akan menginvestasikan US$ 10 miliar di Indonesia dalam 10 tahun ke depan. Dana ini akan dipakai untuk menggenjot produksi kilang dan untuk berekspansi mengembangkan coal bed methane (CBM).
Menurut Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradyana, kilang Tangguh disiapkan untuk delapan train atau kilang produksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG). Saat ini, blok gas yang terletak di Bintuni, Papua, itu baru memiliki dua train. Kedua train itu menghasilkan 7,6 juta metrik ton LNG dalam setahun. Adapun alokasi gas untuk kedua train Tangguh itu sebesar 12 triliun kaki kubik.
Nah, sekarang ini, sudah ada rencana untuk membangun train ketiga dan keempat. Pembangunan train ketiga diharapkan akan mampu menambah produksi gas alam cair sebanyak 3,8 juta metrik ton LNG dalam setahun. Train ketiga ini akan mendapat alokasi gas sekitar 4 triliun kaki kubik.
Saat ini, sebagian besar LNG yang dihasilkan lapangan Tangguh sudah terikat kontrak ekspor ke luar negeri. Sebanyak 2,5 juta ton setahun untuk diekspor ke China, 1,5 juta ton setahun untuk Korea Selatan, dan 3,7 juta ton setahun ke Sempra Energy.
Menanti alokasi gas
Meski rencana sudah disiapkan, realisasi pembangunan kilang gas alam cair train 3 dan 4 di Tangguh masih terganjal kepastian alokasi pemanfaatan gas tersebut. Kepada KONTAN, Gde menuturkan bahwa BP Migas masih menunggu kebijakan yang pasti dari pemerintah.
Ia mengungkapkan, sejauh ini memang ada rencana bahwa LNG tersebut akan dialokasikan untuk kebutuhan pabrik petrokimia yang akan dibangun di Bintuni. Selain itu, ada rencana pula bahwa LNG tersebut untuk memasok kebutuhan listrik di Papua.
Hanya saja, menurut Gde, sejauh ini pemerintah belum menetapkan kebijakan yang resmi soal pemanfaatan LNG dari train 3 dan 4 tersebut. "Setelah ada kepastian alokasi gas, baru kita akan bicarakan soal pembangunan kilang itu," ujar Gde kepada KONTAN, Rabu (28/9).
Dihubungi secara terpisah, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Evita Legowo mengatakan, pembangunan kilang Tangguh train 3 dan 4 akan dilakukan secara paralel dengan pembangunan kompleks industri petrokimia di Papua. "Tahun depan diharapkan bisa tahu kapan mulai pembangunan," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (28/9).
Evita menambahkan, dari hasil eksplorasi di Tangguh, telah ditemukan adanya cadangan gas baru sebesar 100 mmscfd. "Kami akan punya tambahan gas dari Papua," kata Evita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News