Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyatakan distribusi menjadi masalah yang cukup krusial dalam industri gas di Indonesia.
Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio mengatakan, jaringan pipa gas (jargas) hanya tersebar di beberapa wilayah tertentu. Mayoritas jargas berada di kawasan Indonesia bagian barat, terutama di Pulau Jawa. Itupun belum sepenuhnya terintegrasi satu sama lain.
Namun, sebenarnya masih kurangnya jargas di Indonesia tak melulu jadi hambatan dalam industri gas domestik. Pasalnya, distribusi non-pipa masih bisa dilakukan, seperti menggunakan gas alam terkompresi atau compressed natural gas (CNG) dan liquefied natural gas (LNG).
Baca Juga: Dorong potensi migas, ini sejumlah strategi SKK Migas
“Jadi kekurangan distribusi tidak berarti otomatis membuat harga gas menjadi tinggi,” ujar Jugi, Kamis (10/10).
BPH Migas juga melakukan upaya untuk meningkatkan distribusi gas di Indonesia. Saat ini, BPH Migas tengah mengembangkan beberapa ruas transmisi gas di wilayah Semarang-Cirebon dan Palembang-Gasing.
Selain itu, BPH Migas ingin mengembangkan distribusi gas di Kalimantan berhubung kawasan tersebut akan menjadi ibu kota negara baru. Wilayah yang jadi fokus BPH Migas meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara.
“Dalam jangka pendek, kami coba gunakan LNG untuk distribusi di Kalimantan, sedangkan jangka panjang baru menggunakan jaringan pipa gas,” tutur Jugi.
Baca Juga: BPH Migas siapkan jaringan bistribusi untuk topang pasokan gas ke ibu kota baru
Tak hanya itu, BPH Migas juga mengembangkan wilayah jaringan distribusi (WJD) dan wilayah niaga tertentu (WNT) di beberapa kawasan di Indonesia timur, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Ambon, dan sebagainya.
Untuk jangka pendek, BPH Migas mencoba memaksimalkan pasokan gas dengan menggunakan LNG di wilayah-wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News