kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.777.000   23.000   1,31%
  • USD/IDR 16.900   -20,00   -0,12%
  • IDX 5.996   -514,48   -7,90%
  • KOMPAS100 847   -82,06   -8,83%
  • LQ45 668   -66,74   -9,09%
  • ISSI 186   -15,12   -7,51%
  • IDX30 353   -34,16   -8,83%
  • IDXHIDIV20 427   -41,35   -8,83%
  • IDX80 96   -9,67   -9,17%
  • IDXV30 102   -9,19   -8,28%
  • IDXQ30 116   -10,74   -8,46%

BRTI minta layanan BB dihentikan, operator memilih menunggu


Kamis, 15 Desember 2011 / 15:18 WIB
BRTI minta layanan BB dihentikan, operator memilih menunggu
ILUSTRASI. Petugas medis melakukan penyuntikan vaksin COVID-19 produksi Sinovac ke tenaga kesehatan di RS Kebon Jeruk, Jakarta, Kamis (14/1/2021).


Reporter: Harry Febrian | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Para operator telekomunikasi memilih menunggu perkembangan dari rekomendasi Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) kepada pemerintah untuk menghentikan layanan BlackBerry Internet Service (BIS).

Head of Corporate Communications Axis, Anita Avianty, mengatakan, yang jelas pihaknya tetap berkomitmen untuk memberi pelayanan BlackBerry (BB) yang terbaik bagi para pelanggan," ujar Head of Corporate Communications Axis Anita Avianty, Kamis (15/12).

Saat ini, Axis memiliki sekitar 150.000 pelanggan yang menggunakan layanan BB. Menurut Anita, layanan BIS ikut membantu mendongkrak pendapatan Axis hingga 30% dari total pendapatan. Sayang, Anita tidak menjelaskan angka detailnya.

Sementara pelanggan layanan BIS XL saat ini telah mencapai lebih dari 1,5 juta orang atau sekitar 3,3% dari total pelanggan XL yang mencapai sekitar 45 Juta.

"Yang pasti, ia ikut membantu pendapat dari sektor layanan data yang mencapai 12% dari total pendapat XL," ujar VP Communication XL Turina Farouk.

Public Relations Manager Tri, Arum Prasodjo, juga mengatakan, perusahaan memilih untuk menunggu. "Kami tidak ingin berandai-andai," ujarnya. Menurut Arum, data terakhir pada tahun 2010, Tri memiliki sekitar 75.000 pelanggan yang menggunakan layanan BB. "Jumlah itu pasti meningkat tahun ini," ujar Arum.

Seperti diketahui, BRTI kecewa berat karena RIM lebih memilih membangun Regional Network Aggregator (RNA) di Singapura, bukan di Indonesia. BRTI lantas membuat rekomendasi ini berdasarkan hasil rapat komisioner BRTI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×