Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Bukit Asam (Persero) Tbk tak menyia-nyiakan besarnya permintaan batubara oleh India. Perusahaan pelat merah ini akan mengalihkan sebagian porsi ekspor yang selama ini ditujukan ke China ke India. Apalagi, belakangan ini, permintaan dari China turun lantaran kondisi ekonomi memburuk.
Presiden Direktur PT Bukit Asam Milawarma menyebut, peluang menjual batubara ke India tampak dari pemadaman yang terjadi di hampir separuh negara tersebut. "Mereka masih kekurangan batubara," papar Milawarma di Jakarta, Senin (27/8).
Namun, Milawarma menolak merinci volume batubara yang akan dialihkan dari Cina ke India. "Yang jelas ada permintaan lebih banyak dari India. Permintaan kebanyakan untuk PLTU," katanya.
Selama ini, porsi ekspor batubara Bukit Asam sebesar 35%. Sekitar 11% dikirim ke China, sisanya dijual ke Jepang dan India. Mayoritas pasokan batubara dari emiten berkode saham PTBA ini (65%) memang ditujukan untuk pasar domestik. Di dalam negeri, perseroan memasok batubara untuk kebutuhan PT Kereta Api Indonesia PT Perusahaan Listrik Negara dan anak usahanya, serta industri semen.
Menurut Milawarma, penjualan tahun ini terbilang sudah aman karena 80% di antaranya sudah dikontrak (setahun). Kontrak terbesar datang dari pasar domestik (60%), dan sisanya dari Jepang. Sedangkan 15% - 20% lagi merupakan kontrak jangka waktu tiga bulanan yang datang dari China dan India.
Kontrak jangka pendek itu memicu fluktuasi harga batubara. Harga jual ke India memang sempat anjlok, termasuk akibat pengaruh merosotnya harga batubara dunia.
Milawarma menghitung, sejak Agustus 2011 sampai Agustus 2012, harga batubara sudah terpangkas 20% sampai 25%. "Tapi, sekarang, naik sekitar US$ 0,5 per ton dalam dua minggu terakhir karena permintaan cukup besar," ungkapnya.
Adapun, sepanjang semester pertama tahun ini volume produksi PTBA dan pembelian batubara dari pihak ketiga tercatat mencapai 7,89 juta ton, meningkat 21% dibandingkan dengan periode yang sama 2011. Dari jumlah itu PTBA berhasil menjual sebesar 7,36 juta ton, atau naik 13%.
Oleh sebab itu, pendapatan perusahaan pada paruh pertama tahun ini juga meningkat 13% menjadi Rp 5,79 triliun. Sayang, laba bersih perusahaan turun 3% menjadi Rp 1,56 triliun akibat peningkatan volume produksi, tak sebanding dengan peningkatan sarana angkutan PT KAI. Dus, banyak stok batubara menumpuk.
Meski begitu, PTBA masih akan menggenjot produksi demi mengejar target produksi tahun ini sebesar 18,66 juta ton, atau naik 39% dari realisasi tahun lalu. Rinciannya, 12,20 juta ton akan dipasok ke pasar domestik, dan 6,46 juta ton untuk ekspor. "Selain mendekati pasar, upaya lain kami adalah meningkatkan kerjasama dengan KAI," imbuh Milawarma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News