Reporter: Danto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pundi-pundi PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk agaknya bakal makin menebal. Emiten berkode PTBA itu sukses menjual batubara seharga US$ 80 per ton ke PT Indonesia Power, anak usaha PT PLN. Harga jual tadi menjadi rekor harga tertinggi penjualan batubara di pasar lokal.
Harga jual itu berlaku selama Agustus 2008 yang dikirim ke pembangkit listrik Tanjung Jati B, milik Indonesia Power. Selama ini, PTBA melego batubara di pasar spot di dalam negeri selalu di bawah angka US$ 80 per ton. Tertinggi Rp 617.900 (US$ 67) per ton periode pengiriman 1 Juli 2008.
Direktur Utama PTBA Soekrisno menyatakan, kesepakatan harga US$ 80 per ton tersebut sebetulnya sudah terjadi antara PTBA dan Indonesia Power pada Juni 2008. Cuma, pengirimannya baru mulai Agustus ini. "Pengapalannya mulai Minggu (10/8)," ungkapnya kepada KONTAN, hari ini.
PTBA menetapkan harga baru itu merujuk pada harga patokan ekspor terendah yakni US$ 85 per ton. Selain itu, PTBA juga mengikuti lonjakan harga batubara di pasar internasional yang sudah meroket sekitar 50% selama lima bulan terakhir. "Kami hanya mengikuti tren kenaikan tersebut," kata Soekrisno.
PTBA selama Agustus ini akan mengirim 60.000 metrik ton ke pembangkit Tanjung Jati B. Hingga akhir tahun, total pengiriman ke pembangkit tersebut sekitar 120.000 metrik ton.
PTBA juga akan menjadikan harga US$ 80 per ton itu sebagai acuan harga jual batubara ke Pembangkit Suralaya, milik Indonesia Power, pada tahun depan. Tahun ini, PTBA mengirim 5,1 juta ton ke Suralaya dengan harga di bawah US$ 80 per ton. Tahun depan, PTBA akan mengirim 6,1 juta ton batubara.
Sayang, belum jelas benar sikap Indonesia Power dan PLN soal harga tertinggi batubara di pasar domestik itu. Direktur Jawa dan Bali PLN Murtaqi Syamsuddin dan Wakil Direktur Utama PLN Rudiantara masih enggan mengomentari hal itu.
Sebagai catatan, harga rata-rata bulanan batubara di Pelabuhan Newcastle, Australia, memang terus meroket. Harga yang berlaku di sini menjadi patokan harga batubara di Asia. Sejak Maret 2008, harga rata-rata bulanan sudah naik 46,94%.
Memang, memasuki Bulan Agustus, harga di Newcastle mulai menurun. Pada penutupan perdagangan Jumat (8/8), harga batubara US$ 156,16 per ton atau turun 24,73% ketimbang harga puncak yang tercapai pada 4 Juli 2008, yakni US$ 194,79 per ton. "Tapi trennya tetap akan terus naik," ucap Soekrisno yakin.
Tren lonjakan harga jadi berkah buat PTBA. Soekrisno optimistis PTBA bisa meraup revenue Rp 7 triliun hingga akhir tahun, dari hasil menjual 13 juta ton batubara. Itu sama saja naik 62,79% dibanding 2007. Hingga semester I 2008, pendapatan PTBA melejit 58% jadi Rp 2,89 triliun. Laba bersihnya pun naik 135% menjadi Rp 710,35 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News