Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Interkoneksi dan beban langsung lainnya juga turun 25% yoy sebagai akibat dari penurunan trafik layanan SMS dan voice. Selain itu, beban pemasaran lebih rendah 8% yoy karena pergeseran pengeluaran yang kini lebih banyak menggunakan saluran digital.
Dari sisi kondisi finansial, neraca perusahaan tetap sehat dengan saldo kas yang lebih tinggi setelah mendapat tambahan dari hasil penjualan menara. Free Cash Flow (FCF) juga ada pada tingkat yang sehat, yakni sebesar Rp 6,46 triliun atau meningkat hingga 76% yoy.
Baca Juga: Perayaan Imlek 2021, XL Axiata memperkirakan terjadi kenaikan trafik data sekitar 5%
XL Axiata saat ini juga tidak memiliki pinjaman dalam denominasi dollar Amerika Serikat, sebesar 67% di antaranya berbunga floating dan masa jatuh tempo yang tidak bersamaan.
Dian juga menyampaikan, pandemi Covid-19 tidak menghalangi XL Axiata untuk terus membangun jaringan. Hingga akhir 2020, XL Axiata memiliki lebih dari 144 ribu base transceiver station (BTS) atau meningkat 11% yoy.
Dari total BTS yang XL Axiata miliki, sebanyak 54.297 merupakan BTS 4G. Jika dilihat dari luas cakupan wilayah, jaringan 4G milik XL Axiata telah melayani pelanggan di 458 kota/kabupaten di hampir semua provinsi yang ada di Republik Indonesia.
Pada tahun 2020, realokasi kapasitas 3G ke 4G juga dipercepat seiring adanya penurunan trafik penggunaan layanan 3G yang hanya mencapai kurang dari 10% dari total trafik data.
"Meskipun demikian, upaya mengurangi umur aset 3G yang berguna tersebut sejalan dengan tujuan untuk menghasilkan penghematan depresiasi yang akan meningkatkan profitabilitas di masa depan," ungkap Dian.