kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.040   60,28   0,86%
  • KOMPAS100 1.021   8,73   0,86%
  • LQ45 796   9,34   1,19%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Bulan puasa, omzet bisnis resto lemas


Kamis, 18 Juni 2015 / 11:20 WIB
Bulan puasa, omzet bisnis resto lemas


Reporter: Adisti Dini Indreswari, Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Memasuki Ramadan, pebisnis restoran pesimistis omzet penjualan bisa menyamai bulan biasa. Perekonomian yang tengah lesu membuat banyak orang terpaksa mengurangi anggaran untuk makan di restoran.

Direktur Eksekutif Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cyprianus Aoer memprediksikan, omzet  restoran bisa turun sekitar 10% selama puasa. "Tren setiap tahun memang begitu karena restoran hanya ramai saat berbuka puasa," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (17/6).

Tapi, lanjut Cyprianus, tahun ini lebih parah karena banyak orang yang mengencangkan ikat pinggang. "Hanya restoran besar yang sudah punya jaringan yang omzetnya tetap stabil," ujarnya.

PT Fast Food Indonesia Tbk, pemegang hak waralaba tunggal Kentucky Fried Chicken (KFC) juga sangsi penjualan selama puasa dan Lebaran tahun ini bisa sebagus tahun lalu.

Direktur Fast Food Indonesia Justinus D. Juwono meramalkan, kenaikan penjualan selama Ramadan tahun ini paling banter hanya 10%-15%, lebih rendah daripada kenaikan tahun lalu yang bisa mencapai 20%.

Untuk menarik minat konsumen, Fast Food Indonesia menawarkan paket Duk Duk selama puasa.

Perusahaan ini juga berharap bisa mengerek penjualan lewat penambahan jumlah gerai. Sampai dengan kuartal I-2015, Fast Food sudah membuka 15 gerai baru dari rencana ekspansi tahun ini sebanyak 40 gerai. Perusahaan juga membuka gerai KFC Box berukuran lebih kecil untuk mempercepat ekspansinya.

Sampai akhir tahun ini, Fast Food Indonesia menargetkan pendapatan Rp 4,97 triliun, naik 15,53% dari pendapatan tahun lalu, Rp 4,3 triliun.

Justinus berharap, target tersebut bisa tercapai meski kondisi ekonomi seperti rupiah masih terkapar. Maklum, masih ada bahan yang harus Fast Food Indonesia impor, seperti bumbu rahasia KFC. "Kami berusaha tidak menaikan harga," katanya.

Sementara itu, menurut Kristando Cendra, Direktur Keuangan PT Pioneerindo Gourment International Tbk (PSPT), pengelola gerai cepat saji CFC, pihaknya terpaksa mengerek harga jual 3%-4% pada Juli nanti lantaran beban kenaikan bahan baku.

Langkah ini untuk menjaga target bisnis 5% tahun ini, dari Rp 376,6 miliar menjadi Rp 395,43 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×