Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Menjamurnya restoran cepat saji atau fast food di Tanah Air, telah mendorong permintaan akan bahan baku lada. Meski permintaan tinggi, namun tidak diimbangi oleh produksi yang memadai.
Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan produksi lada hanya akan tumbuh 1,1% menjadi 89.000 ton. Minimnya ketersediaan lahan, diklaim sebagai penghambat produksi lada tidak naik signifikan.
Saat ini hanya 2 provinsi yang menjadi tulang punggung produksi lada. Yakni, Bangka Belitung dan Lampung.
Azhar Abubakar, Direktur Perkebunan Kementan mengakui bahwa sulit bagi pemerintah untuk mempertahankan ladang petani lada.
"Kami ingin petani fokus dengan pemberian bibit dan juga harga yang bagus bagi petani. Tapi jika petani akhirnya tidak ingin melanjutkan, sulit juga untuk mempertahankannya," kata Azhar, Rabu (2/4).
Kendala lain di lapangan seperti serangan hama yang tinggi dan kondisi iklim dengan curah hujan yang tinggi juga membuat pertumbuhan bunga lada terhambat.
Oleh karena itu, Kementan berencana untuk memaksimalkan kluster-kluster lada yang ada. Kementan mencatat dari total produksi lada pada 2013 yang sebanyak 88.000 ton, sekitar 5.000 ton untuk konsumsi dalam negeri. Sedangkan 38.000 ton sisanya untuk ekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News