Reporter: Asnil Bambani Amri, Fitri Nur Arifenie | Editor: Test Test
KARAWANG. Perusahaan Umum (Perum) Bulog mengaku kesulitan untuk menjual gula miliknya ke pasar. Pasalnya, makin lama harga gula miliknya kian turun. Agar tak merugi, Bulog memutuskan untuk membatasi harga gula miliknya minilam Rp 9.000 per kilogram (kg).
"Harga gula memang terus turun. Namun, kita batasi harga gula Bulog paling rendah Rp 9.000 per kg. Jika tidak, maka Bulog akan rugi," ujar Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Ali Moeso, Selasa (23/3).
Saat ini, menurut Sutarto harga gula Bulog menyentuh level Rp 9.300 per kg. Ia memprediksi kemungkinan harga gula akan terus turun. Ia mengatakan hal itu terjadi karena masuknya gula rafinasi di pasar. "Gula rafinasi banyak masuk sehingga ada kesluitan untuk Bulog untuk menjual gula," kata Sutarto.
Padahal target awalnya, Perum Bulog bisa menjual gula kristal putih impor pada kisaran harga Rp 9.500 hingga Rp 10.000 per kg. Kisaran harga tersebut karena Bulog mendapatkan harga beli gula impor sebesar US$ 700 per ton. Ditambah dengan biaya-biaya, maka Bulog mendapatkan harga beli gula impor sebesar US$ 749 per ton.
Untuk itu, dia meminta kepada Departemen Perdagangan untuk menertibkan gula rafinasi tersebut karena gula rafinasi itu bisa menganggu distribusi gula kristal putih. Menurut Sutarto, Bulog tidak bisa merugi karena tugas Bulog hanya untuk mendistribusikan gula.
Gempuran gula rafinasi ke pasar, menurut Sutarto membuat kekhwatiran tersendiri bagi Bulog. Karena Bulog selalu mengikuti harga berdasarkan harga pasar. Jika harga di pasar naik, maka harga jual gula Bulog juga akan naik. Namun, jika harga di pasar turun maka harga jual gula juga akan turun. Jika, Bulog tidak bersedia menurunkan harga maka kemungkinan besar gula Bulog tidak akan laku di pasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News