Sumber: kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Sejak awal pekan ini, harga gula putih (white sugar) dunia anjlok. Di London International Financial Futures and Options Exchange (LIFFE), harga gula putih pekan lalu masih bertengger di level US$ 669,90 per ton (26/2). Namun, menginjak bulan Maret, harga gula mulai merosot. Senin, harga gula putih turun menjadi US$ 636,30 per ton dan kian mengkerut menjadi US$ 616 per ton pada hari Kamis (4/3).
Pasokan gula dari Brazil ke pasar dunia yang terus meningkat menjadi pemicu penurunan harga tersebut. “Ada sekitar 50 juta stok tebu di Brazil yang tidak tergiling di 2009 dan sekarang mereka mulai menggilingnya sehingga suplai gula bertambah,” jelas Colosewoko, Staf Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) kepada KONTAN, Kamis (4/3).
Akhir tahun 2009 lalu, harga gula dunia sempat membukukan rekor tertinggi selama 30 tahun terakhir. Waktu itu, faktor pemicunya adalah kegagalan Brazil menggiling tebu mereka akibat pabrik gula yang tidak bisa bekerja. “Akibatnya, banyak yang khawatir soal stok menipis sehingga harga gula mengalami kenaikan,” jelas Colosewoko.
Bulan Desember 2009, harga rata-rata gula putih menyentuh US$ 688,70 per ton. Bahkan, memasuki Januari 2010, harga gula sempat merangsek menjadi US$ 743,80 per ton.
Namun, penurunan harga gula di pasar internasional tidak membuat harga gula di pasar domestik turun. Sebab, pasokan di dalam negeri menipis. Sementara, gula impor belum semua bisa masuk pasar.
Rabu lalu (3/3), harga rata-rata gula di dalam negeri masih masih Rp 11.079 per kg. ”Harga akan berangsur turun jika musim giling sudah masuk,” kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi, Kementerian Perdagangan, Jimmy Bela.
Colosewoko menduga, jika gula impor milik PT Rajawali Nusantara Indonesia) dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) itu tidak terserap sampai musim giling Mei 2010, gula impor itu tak bisa dijual di harga tinggi. ”Gula impor akan bersaing dengan gula lokal yang ongkos produksinya lebih rendah,” kata Colosewoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News