Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulog menyarankan mengubah sistem pembelian tebu petani oleh Pabrik Gula Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari bagi hasil menjadi sistem beli putus. Hal ini lantaran gudang Bulog sudah penuh, terdapat beban anggaran pembelian gula petani dan karena penyaluran gula perusahaan pelat merah ini terkendala.
Direktur Komersial Bulog Andrianto Wahyu Adi mengkonfirmasi hal tersebut, gula Bulog merupakan gula Cadangan Stabilisasi Harga Pasar. Sedangkan harga arahan Pemerintah lebih besar dari harga pasar saat ini.
Selain itu Bulog sedang melakukan penugasan stabilisasi harga dengan beli gula petani dengan harga yang lebih besar dari harga pasar saat ini. "Akibatnya kami ya sulit menjual," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (27/9).
Oleh karenanya, pihaknya berharap adanya penurunan harga serap Bulog. Tapi tak hanya disitu saja, Bulog juga berencana mengemas eceran untuk bisa menjual di ritel dengan harga di bawah HET. Tujuan pasarnya untuk area minim pesaing seperti di kawasan Indonesia Timur.
Berdasarkan surat yang dikirimkan Bulog kepada PG BUMN tanggal 26 September, kini PG BUMN dan swasta disarankan untuk mengubah sistem bagi hasil menjadi sistem beli putus. Surat ini terbit mengacu risalah rapat Menteri Koordinator Perekonomian pada 13 September silam terkait usulan sistem pembelian beli-putus petani oleh BUMN.
Dalam surat merinci alasannya karena pembelian gula petani di harga Rp 9.700 per kilogram (kg) memberatkan anggaran dan operasional Bulog karena harus menyiapkan anggaran komersial yang besar dan gudang penyimpanan dengan kapasitas yang memadai.
Adapun total pembelian gula petani hingga 24 September dilaporkan telah mencapai 198,01 juta ton atau senilai Rp 1,92 triliun.
Selain itu, Bulog memperhatikan situasi gula nasional yang tengah jenuh dan terus mengalami penurunan harga jual. Pada periode September 2018, harga lelang gula di PTPN dilaporkan di kisaran Rp 8.500 - Rp 9.180 per kg.
Kondisi ini membuat Bulog berat dalam menyerap karena harus beli di harga Rp 9.700 per kg, dan membuatnya sulit bersaing. Adapun menurut Andrianto, jumlah gula dalam stok Bulog saat ini mencapai kisaran 320.000 ton, dengan jumlah sekitar 148.000 ton berasal dari tahun-tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News