Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
CILEGON. Persaingan ketat bisnis produsen tepung terigu di Indonesia tak membuat nyali perusahaan terigu PT Bungasari Flour Mills Indonesia ciut. Di tengah-tengah impitan pemain besar, Bungasari menemukan celah pasar yang belum banyak digarap.
Supaya berbeda, Bungasari memproduksi tepung premium dan tepung khusus yang dibuat sesuai pesanan (customized). Tepung diracik spesifik dan disesuaikan dengan jenis makanan yang diinginkan oleh konsumen.
Maka itu, Bungsari memiliki tepung khusus yang diperuntukkan untuk mi, martabak, bakpao, piza dan lainnya. Dengan cara inilah. Bungasari mengklaim berhasil mendapatkan pangsa pasar.
"Harga tepung customized beda tipis dengan merek lain. Makanya konsumen pindah ke kami," klaim Piterson Rumapea, Head Miller PT Bungasari Flour Mills Indonesia di Pabrik Bungasari, Cilegon, Banten, Kamis (21/7).
Untuk produksi tepung terigu customized tersebut, Bungasari memasok bahan baku dari Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Sejak beroperasi tahun 2014, Bungasari mengklaim telah mendapat pangsa pasar terigu 6,4%.
Dengan posisi ini, Bungasari menyatakan menempati posisi ke-4 produsen tepung terigu terbesar nasional. Namun sayang, posisi pasar tersebut terancam tak bisa naik. Sebab, kapasitas produksi Bungasari sudah mentok alias penuh.
"Untuk semester kedua kami berusaha menjaga market share tetap 6,4%," tambah Franz Gant, Presiden Direktur PT Bungasari Flour Mills.
Untuk itu, Bungasari berencana menambah kapasitas produksi dengan menambah tiga line produksi baru. Namun, rencana ini baru akan digarap mulai tahun 2017 dan efektif beroperasi tahun 2018.
"Kami alokasikan belanja modal US$ 50 juta untuk menambah tiga line," tutur Franz.
Sekarang ini, Bungasari memiliki kapasitas produksi terpasang 1.500 ton gandum giling per hari dengan utilitas 85%-90%. Produksi tepung terigu yang dihasilkan Bungasari mencapai 1.200 ton per hari dengan rata-rata sebanyak 32.000 ton per bulan.
"Tahun ini targetnya 39.000 ton-40.000 ton per bulan," jelas Piterson.
Ekspor ke Asia Untuk mendapatkan pangsa pasar di Indonesia, Bungasari menjaring konsumen dari kalangan korporasi. Saat ini, Bungasari mengklaim memiliki pelanggan dari Wingsfood, Mayora, UBM Biscuit, Garudafood dan perusahaan lain.
Selain ke korporasi, Bungasari menyasar pasar ritel lewat Lottemart, Hypermart, Yogya, dan Giant. Namun pasar ritel hanya berkontribusi 2%-3% ke penjualan. "Penjualan ke ritel lebih ke branding supaya konsumen mengenal kami," kata Piterson.
Merek tepung Bungasari diantaranya adalah; Golden Eagle, Bola Salju, Hanamas, dan Jawara Tinggi. Tak hanya menyasar pasar domestik, Bungasari rupanya telah berhasil ekspor 5% dari produksi ke sejumlah negara Asia.
Misalnya, Bungasari ekspor bahan baku tepung premix untuk perusahaan asal Jepang, Nissin. Kemudian ekspor tepung roti dan mi untuk Filipina, serta tepung khusus bakpao untuk Hong Kong, China dan Thailand.
Atas pertimbangan pasar domestik dan ekspor inilah manajemen Bungasari memutuskan untuk menambah kapasitas produksi. Tak hanya rencana ekspansi di pabrik eksisting saja, Bungasari juga berencana menambah pabrik di luar Jawa.
Saat ini ada dua lahan yang telah dimiliki, yang berlokasi di Medan, Sumatera Utara dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Namun sayang, Piterson belum mau menyebutkan detail ekspansi luar Jawa tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News