Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-TERNATE. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tajung menyinggung tantangan impor minyak dan gas bumi di tengah target pemerintah mencapai ketahanan energi.
Yuliot mengatakan, salah satu program prioritas Pemerintahan Prabowo-Gibran adalah mencapai ketahanan energi. Komitmen mencapai ketahanan energi ini bersumber baik dari fosil seperti migas dan batubara maupun energi nonfosil.
Yuliot turut menyoroti penurunan produksi dan lifting migas nasional yang terjadi saat ini.
"Kalau kita lihat bahan bakar mnyak ini ketersediaan di dalam negeri terjadi penurunan tingkat produksi. Jadi untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM yang rasal dari fosil, kita juga berusaha melakukan diversifikasi dengan energi baru terbarukan," ujar Yuliot di Ternate, Rabu (30/10).
Baca Juga: Strategi SKK Migas Capai Target Swasembada Energi
Yuliot menjelaskan, beberapa tahun silam Indonesia mampu memproduksi minyak mentah mencapai 1,5 juta barel per hari (bph) dengan tingkat konsumsi mencapai 600 ribu bph. Sayangnya, saat ini kondisi tersebut berbalik dimana total kebutuhan mencapai 1,5 juta bph sementara produksi hanya ada di level 600-an ribu bph.
"Kita harus impor minyak dari berbagai negara sekitar 900 ribu bph," ujar Yuliot.
Yuliot mengatakan, dalam mendorong pengembangan EBT sebagai upaya diversifikasi sumber energi, pemerintah berencana mengoptimalkan Bahan Bakar Nabati (BBN) hingga mendukung ekosistem kendaraan listrik.
Selanjutnya: Ini Kata Bos BRI Terkait Rencana Prabowo Hapus Utang Petani dan Nelayan
Menarik Dibaca: Beli Token Listrik Rp 200.000 Dapat Berapa kWh?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News