kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -2.000   -0,11%
  • USD/IDR 16.217   15,00   0,09%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Industri Kelapa Sawit Nasional Terganjal Stagnasi Produksi dan Tekanan Global


Senin, 18 Agustus 2025 / 09:00 WIB
Industri Kelapa Sawit Nasional Terganjal Stagnasi Produksi dan Tekanan Global
ILUSTRASI. Industri kelapa sawit masih menjadi penopang penting perekonomian nasional, meski menghadapi tantangan serius dalam lima tahun terakhir.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai industri kelapa sawit masih menjadi penopang penting perekonomian nasional, meski menghadapi tantangan serius dalam lima tahun terakhir. 

Produksi yang cenderung stagnan dan produktivitas yang menurun menjadi pekerjaan rumah besar, terutama di tengah konsumsi domestik yang terus meningkat seiring pengembangan biodiesel.

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan bahwa peran industri sawit tidak bisa dilepaskan dari perjalanan 80 tahun Indonesia merdeka. Menurutnya, industri sawit menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja di sektor on-farm dan off-farm. Tahun 2024, ekspor sawit menghasilkan devisa sebesar US$ 27,6 miliar yang turut menjaga neraca perdagangan tetap positif. 

Baca Juga: Emiten Kelapa Sawit Haji Isam, PGUN Beri Klarifikasi ke BEI, Simak Penjelasannya

"Sementara penggunaan CPO sebagai biodiesel menghemat devisa hingga US$ 7,92 miliar,” ujar Eddy kepada Kontan, Minggu (17/8/2025).

Saat ini, sekitar 40% dari total 16 juta hektare lahan sawit nasional dikelola oleh pekebun rakyat. Menurut Eddy, hal ini menunjukkan bahwa kelapa sawit tidak hanya dikuasai perkebunan besar, melainkan juga menjadi penopang ekonomi jutaan keluarga petani.

Meski kontribusinya besar, GAPKI mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir produksi sawit nasional relatif stagnan. Produktivitas kebun bahkan cenderung menurun, salah satunya karena sebagian besar tanaman telah berusia tua dan membutuhkan peremajaan. 

"Di sisi lain, konsumsi domestik justru meningkat, terutama karena kebutuhan biodiesel,” jelas Eddy.

Menurutnya, upaya peningkatan produksi dan produktivitas menjadi agenda mendesak, baik untuk perkebunan besar maupun pekebun rakyat. 

“Kalau konsumsi terus naik tapi produksi stagnan, ini bisa mengurangi kapasitas ekspor dan pada akhirnya mengurangi kontribusi terhadap devisa,” katanya.

Eddy menambahkan, ada sejumlah tantangan lain yang dihadapi industri sawit nasional. Pertama, ketidakpastian hukum, termasuk penyelesaian status lahan sawit dalam kawasan hutan. 

Baca Juga: Tunas Sawa Erma (TSE) Group Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas di Papua

Kedua, hambatan perdagangan di pasar global yang kerap dikaitkan dengan isu keberlanjutan (sustainability).

“Industri sawit terus menghadapi tekanan berupa diskriminasi perdagangan, sementara di dalam negeri kita juga masih berhadapan dengan masalah regulasi dan perizinan. Karena itu, sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha sangat dibutuhkan agar sektor sawit tetap berdaya saing,” tegas Eddy.

GAPKI menekankan bahwa perbaikan produktivitas melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR), dukungan pembiayaan, dan kebijakan yang lebih berpihak menjadi kunci menjaga ketahanan industri sawit ke depan. 

"Dengan fondasi yang kuat, sawit bisa terus menjadi lokomotif devisa sekaligus penopang energi hijau Indonesia,” tutup Eddy.

Selanjutnya: Daftar Harga Promo Diamonds Free Fire XL, Rp 1.000 Dapat 5 Diamonds

Menarik Dibaca: Hari Ini (18/8) Tarif Transjakarta, MRT Jakarta dan LRT Jakarta Masih Rp 80

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mengelola Tim Penjualan Multigenerasi (Boomers to Gen Z) Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×