Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BANDUNG. PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memiliki banyak pengalaman pahit dalam mengoperasikan fasilitas produksinya. Apalagi, saat ini, fasilitas produksi yang mereka miliki mencapai 218 anjungan lepas pantai yang tersebar di perairan Kepulauan Seribu hingga lepas pantai utara Indramayu.
Pengalaman tak mengenakkan yang dimaksud terkait dengan gangguan keamanan, khususnya kasus pencurian aset. Sebut saja pencurian pipa, valve, kabel, Iampu navigasi dan lain-lain di wilayah kerja PHE ONWJ.
Namun, perusahaan melakukan strategi khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Yakni, dengan mengembangkan strategi pengamanan berbasiskan masyarakat (Community Based Security).
Dalam hal ini masyarakat membantu perusahaan menjaga fasilitas migas milik negara dengan berperan aktif melaporkan setiap upaya-upaya yang berpotensi mengganggu fasilitas migas dan membahayakan fasi|itas‚ operasi migas, dan lingkungan sekitar.
"Strategi ini merupakan upaya yang di|akukan PHE ONWJ untuk membangun kepercayaan serta kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelancaran operasi migas yang dilakukan PHE ONWJ,” kata Communication & Relations Manager PHE ONWJ Donna Priadi.
Program ini terbilang cukup berhasil. Jika sebelumnya, angka kriminalitas cukup tinggi hingga mencapai 100 kasus yang menyebabkan kerugian bisa mencapai jutaan dollar, namun, sejak 2010 gangguan tersebut relatif dapat ditekan.
"Beberapa kali kasus pencurian asset berhasil digagalkan karena perusahaan mendapat laporan dari masyarakat nelayan,” jelas Donna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News